Bukan pula dukun tempat kau menghiba, bukan kuburan tempat memohon doa. Tiada keramat yang ampuh di dunia selain dari doa ibumu jua (H. Rhoma Irama)
Imam Az-dzahabi menjelaskan dalam kitabnya "Al-kabair" sebagai berikut: “Ibumu telah mengandungmu di dalam perut selama sembilan bulan sepuluh hari yang seakan lamanya sembilan tahun. Dia sangat susah payah dalam melahirkanmu, hampir hampir menghilangkan nyawanya. Dia menyusuimu dan mengesampingkan rasa kantuk demi menjagamu. Dia cuci dan bersihkan kotoranmu tanpa merasa jijik. Dia sangat mengutamakan dirimu daripada dirinya dan makanannya. Dia jadikan pangkuannya untuk ayunan dirimu, dia sangat tak rela dirimu walau hanya digigit seekor nyamuk, dia rela uang hasil jerih payahnya untuk bayar dokter andai dirimu demam, dia akan marah jika di luaran ada suara bising yang membuat dirimu tak nyenyak tidur. Lebih baik dia lapar asalkan dirimu kenyang. Pendek kata seorang ibu akan mengutamakan dirimu sebagai anaknya, anak adalah segala galanya, itulah kasih ibu.”
Tentu kita semua setuju dengan ungkapan Imam Az-dzahabi tentang sosok Ibu, yang masing-masing kita pasti memilikinya. Masalah yang sulit adalah menempatkan sosok ibu dalam singgasana kehormatan dan kecintaan di batin kita. Lalu penghormatan dan kecintaan itu diwujudkan dalam bakti yang tulus ikhlas untuk membalas semua kebaikan sosok Ibu kepada kita sebagai anak. Kemudian, apakah bakti yang tulus-ikhlas sang anak dapat menebus kebaikan dan kasih sayang seorang ibu?
Ada sebuah kisah dimasa Rasulullah Muhammad Saw yang dapat menginspirasi kita semua. Suatu hari Ibnu Umar mendapati seorang lelaki sedang tawaf sambil menggendong ibunya di punggung. Kemanapun pria itu bergerak, ibunya tak lepas dari gendongan. Ibnu Umar adalah termasuk sahabat yang utama. Sehingga pria tersebut tidak menyiakan perjumpaannya dengan salah satu sahabat Rasulullah yang mulia ini. Mereka saling berkenalan, kemudian terjadi dialog antara Ibnu Umar dan pria yang menggendong ibunya itu.
Baca juga: Agenda Penting Da'wah Sunan Drajat: Mewujudkan Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat
“Wahai Ibnu Umar, apakah dengan cara ini aku telah cukup membalas kebaikan ibuku?” Pria yang sangat berbakti itu meminta pandangan Ibnu Umar.
Ibnu Umar yang memiliki wawasan luas itu pun menjawab: “Engkau belumlah cukup membalas kebaikan ibumu kepadamu, namun engkau telah berbuat baik kepada ibumu, demi Allah kau akan mendapatkan pahala yang melimpah dari dari Allah.”
Pengorbanan sang anak untuk menggendong ibunya, sungguh bakti yang luar biasa. Tapi, itu semua tak akan pernah ada se-kuku hitam dari samudera kasih sayang seorang ibu pada anaknya. Sungguh tak akan sebanding dengan sembilan bulan menggendong anak dalam rahim. Tak akan sebanding dengan limpahan kasih-sayang dalam 2 tahun penyusuan. Tak ada harta dan kebaikan anak yang sanggup menebus itu!
Karenanya ajaran Islam amat mengistimewakan bakti anak kepada ibunya. Dalam kisah lain yang terangkum dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, diriwayatkan ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah Muhammad Saw: “Wahai Rasulullah, siapa orang yang paling utama berhak saya hormati?”. Beliau menjawab: “Ibumu”, kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab: “Ibumu”, kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab: ”Ibumu,” kemudian siapa lagi? Rasulullah menjawab: “Bapakmu”.
Jika kita harus menggunakan kata “keramat” sebagaimana sindiran Haji Rhoma Irama dalam sebuah lagu gubahannya, kepada orang-orang yang mencari keberuntungan dengan mengeramatkan dukun, kuburan, dan lain-lainnya. Sesungguhnya sosok Ibu jauh lebih pantas untuk “dikeramatkan”.
Doa tulus seorang Ibu akan dikabulkan oleh Allah. Berbakti kepada Ibu akan berbuah keberkahan hidup. Berbakti kepada dukun akan berbuah kesesatan dan laknat Allah.
Beruntunglah anda semua yang masih memiliki sosok ibu. Ada peluang pahala besar untuk membalas kasih sayang ibu, ada peluang untuk mengunduh keberkahan hidup sehingga bisa bahagia di dunia dan di akhirat.
Baca juga: Amalan Ringan Terbaik Untuk Bekal Hidup Setelah Mati
Ingat pesan Allah, jangan berkata kasar kepada ibu dan juga bapakmu, walaupun hanya dengan ungkapan kata “ah!” Berilah sesuatu jika ada rezeki walaupun keduanya tidak pernah meminta, Jangan pernah kau ungkit apa yang sudah kau berikan kepada mereka, jangan pernah kau sakiti hati mereka, kendati menurutmu keduanya pernah menyakitimu, ketahuilah sesungguhnya kebaikannya jauh lebih besar dari semua kesalahanya padamu.
Karenanya, berbuat baiklah kepada Ibu dan Bapakmu walaupun tidak akan mungkin cukup untuk membalas budi mereka kepada kita. Insya Allah, keberkahan hidup dan pahala berlipat akan Allah anugerahkan sebagai imbalan bakti. Jangan pernah menunda lagi untuk berbuat kebajikan kepada orang tua, atau kalian akan menyesal karena peluang untuk memperoleh keberkahan hidup akan hilang bersama wafatnya kedua orang tua kita.
Bagi yang Ibu dan Bapaknya sudah Wafat, kirim doa Lima kali sehari setiap bakda sholat fardhu dan jika ada rezeki jangan lupa sedekah niatkan untuk keduanya yang telah Wafat. Jika ada kesempatan umrah, badal umrahkan keduanya. Insyaallah hidupmu dan anak cucumu akan Allah Swt berkahi.
Wallahu a'lam.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!