Pada 14 Mei 2024 lalu, Raja Inggris, Charles III, memamerkan lukisan resminya yang menyita perhatian publik. Lukisan karya seniman Jonathan Yeo itu adalah lukisan resmi pertama sang raja sejak ia dinobatkan tanggal 6 Mei 2023.
Lukisan itu menyita perhatian publik. Sebab, warnanya yang didominasi merah persis seperti darah, seolah menenggelamkan seluruh tubuh Charles III yang memakai seragam merah pula, dengan menyisakan kepala Charles yang terlihat menonjol dalam warnanya. Banyak komentar dari netizen terhadapnya. Misalnya “seperti neraka”, “seperti sejarah Inggris yang penuh darah”, dan sebagainya.
Tahukah Anda, bahwa memang betul sejarah Inggris dipenuhi darah hingga saat ini? Begitu banyak contohnya.
Pertama, kita coba lihat konflik di masa lalu antara Inggris dan negara tetangganya di kepulauan Britania (Wales, Skotlandia, dan Irlandia). Kerajaan Inggris dibentuk tahun 927. Pada akhir abad ke-13, Raja Edward I menyerbu kerajaan Wales bagian barat, dan mengklaimnya sebagai wilayah Inggris. Selanjutnya, Inggris menginvasi Kerajaan Skotlandia bagian utara, memulai Perang Pertama Kemerdekaan Skotlandia. Sebenarnya, Skotlandia gagal ditaklukkan Inggris. Namun, karena terlilit hutang dan butuh dana untuk kolonialisasi di Amerika, Skotlandia rela menyerahkan diri dan bersatu dengan Inggris. Untuk Irlandia, Inggris hanya bisa menjajah Irlandia Utara dan tidak bisa merebut Irlandia selatan.
Di abad pertengahan, Inggris menjadi peserta utama Perang Salib 1 hingga Perang Salib 3. Inggris ikut mengirim kontingen pasukan salib untuk merebut Yerusalem dan daerah Palestina lain dari Umat Islam. Rajanya yang terkenal saat itu adalah Raja Richard “the Lion Heart”.
Memasuki masa Renaisans abad 15, Inggris dan negara-negara Eropa lain berlayar mencari “New World” (dunia baru) untuk dijajah. Sudah kita semua ketahui bahwa Inggris melakukan Genosida terhadap bangsa Indian di benua Amerika dan bangsa Aborigin di benua Australia. Dan untuk membantu membangun peradaban di benua baru itu, Inggris melakukan perbudakan kejam yang tidak manusiawi terhadap bangsa kulit hitam yang diambil dari Afrika lantas dibawa ke Amerika untuk kerja paksa.
Baca juga: Polemik Musik, Hendaknya Tadarruj
Di dalam mendirikan Koloni di benua baru, Inggris juga berkonflik dan berperang dengan sesama negara penjajah (Spanyol, Portugis, Perancis, Belanda). Dan setelah mereka menjadi kuat di Amerika, sebagian dari mereka mengkhianati negaranya sendiri, lalu mendirikan US (Amerika), lepas dari kerajaan Inggris. Dan satu lagi yang jangan dilupakan, dalam rute pelayaran antara Eropa dan benua Amerika ini, banyak pelaut Inggris atas nama pribadi (bukan kerajaan) yang terlibat bajak laut. Para bajak laut terkenal di masa keemasannya rata-rata pelakunya adalah orang Inggris/Britania.
Saking banyaknya daerah jajahan Inggris, sampai ada pepatah “matahari tak pernah tenggelam di kerajaan Inggris”. Mengapa? Karena Inggris melakukan penjajahan di Asia, Afrika, Australia, dan benua Amerika. Inggris sendiri pernah menjajah Indonesia. Di negara-negara Asia yang kuat semisal China, Jepang, dan Turki Utsmani, Inggris pun berambisi terhadap ketiganya. Konflik di Jepang (masa akhir Shogun) dan Revolusi Arab terhadap Utsmani, Inggris punya campur tangan di dalamnya. Perang Candu di China, itu juga konflik besar melawan kekuatan Inggris.
Di era tahun 1800-1815, Perang saudara antar sesama negara Eropa terjadi. Perang Napoleon, yang memakan korban jutaan nyawa. Inggris ada di pihak kontra melawan Napoleon. Perang ini bisa dibilang semi perang dunia, karena konfliknya meluas bahkan hingga ke Nusantara.
Revolusi Industri Inggris abad ke-18 dan 19 telah mengubah wajah dunia sampai hari ini. Inilah awal dimana penindasan tenaga kerja, kapitalisme, dan perusakan lingkungan terjadi karena Industri. Para pekerja dipekerjakan 12-16 jam sehari dengan gaji minim. Lalu, budaya ini menular ke seluruh dunia karena melihat Inggris menjelma menjadi negara adidaya karena sektor industri. Sampai akhirnya para buruh sedunia memperjuangkan hak 8 jam kerja sehari.
Perang dunia pertama dan kedua adalah perang dengan korban terbanyak sepanjang sejarah. Dan seperti yang sudah kita tahu, Inggris ada di dalamnya. Pun dengan perang dingin antara Amerika Serikat dengan Uni Sovyet, Inggris adalah sekutu Amerika. Mereka menjalankan Perang Proxy kepada Uni Sovyet. Intelijen Inggris yakni MI6 (yang terkenal melalui film James Bond) banyak terlibat dalam konflik-konflik politik di era modern.
Baca juga: Biaya Pendidikan dan Faktor Kehadiran Negara
Serta umat Islam jangan lupa bahwa Inggris Ikut serta dalam invasi timur tengah ke Afganistan dan Irak bersama Amerika Serikat di zaman George W Bush, dengan dalih melawan Terorisme. Dan tentu saja, penjajahan Zionis Israel kepada Palestina diawali dengan pemberian daerah Palestina kepada Zionis Israel dalam perjanjian Balfour. Sebab, di saat perang dunia 2, Inggris menjanjikan hadiah daerah Palestina bagi Yahudi Eropa karena bantuan Yahudi dalam menghadapi Jerman yang dipimpin Hitler.
Begitulah sekilas jejak berdarah Inggris dalam sejarah yang sudah menjadi rahasia umum. Begitu jelas fakta ini tetapi dunia seolah melupakannya. Pelajaran bagi kita agar selalu mengingat sejarah, supaya selalu menjadi waspada dalam menghadapi realita.
Wallahu a'lam bishowab.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!