Hijrah paling tidak memiliki dua makna, yang pertama adalah bergerak dan yang kedua adalah pindah. Kita ketahui bersama bahwa momen hijrah pada zaman Rasulullah Saw dan para sahabat menjadi momen perubahan yang begitu luar biasa, menjadi titik tolak dimana Islam mengarah menuju kepada kehebatan dan kejayaan.
Hijrah merupakan suatu hal besar, suatu hal yang begitu penting. Hijrah merupakan titik tolak perubahan dalam menuju kesuksesan hidup.
Makna hijrah yang pertama adalah bergerak, ini berarti hijrah harus diiringi dengan pergerakan, harus diiringi dengan aktivitas sesuai dengan tujuan yang kita cita-citakan. Bergerak itu sebuah keniscayaan, maka ironis sekali jika ada yang ingin sukses tapi tidak ada pergerakan menuju kesuksesan itu. Misal, seseorang ingin masuk surga tapi aktivitasnya, amal-amalnya, perilaku dan pergerakannya tidak sedikitpun mencerminkankan bahwa dia akan menuju ke dalam surga, maka mustahil dia bisa mencapainya.
Bergerak merupakan sebuah keniscayaan dan merupakan sebuah pembuktian jika kita ingin menuju sebuah kesuksesan atau keberhasilan. Makna hijrah dalam konteks ini adalah bagaimana kita bisa bergerak, bagaimana kita bisa beraktivitas untuk menunjang apa yang kita cita-citakan.
Jika ingin sukses dunia akhirat maka tunjukan dengan pergerakan, aktivitas dan perilaku yang menunjukan bahwa kita benar-benar ingin menuju kesana. Maka benarlah kalau ada kaidah man jadda wajada, barangsiapa yang bersungguh-sungguh maka dia akan meraihnya.
Makna hijrah yang kedua adalah pindah, Rasulullah dan para sahabat diperintahkan oleh Allah Swt untuk berpindah dari Mekah ke Madinah, salah satu pertimbangannya adalah kondisi Mekah pada saat itu sudah tidak kondusif untuk aktivitas dakwah. Masyarakatnya makin sulit untuk didakwahi, tidak memungkinkan lagi untuk menerima kebenaran-kebenaran Islam, bahkan meneror aktivitas dakwah, maka Rasulullah harus pindah, pindah lokasi, pindah ke tempat yang lebih strategis dan prospektif.
Kepribadian kita sangat tergantung dengan siapa kita berteman, kesuksesan kita sangat ditentukan pula dengan siapa kita bergaul saat ini. Dari makna hijrah ini, mari kita lihat kembali lingkungan kita, pergaulan kita, kawan-kawan akrab kita dan sebagainya, apakah mereka menjadi unsur penting untuk mendukung keberhasilan kita atau malah sebaliknya? Kalau sebaliknya atau justru menjadi penghalang meraih cita-cita untuk sukses di masa depan, maka kita harus meninggalkannya, kita pindah berganti lingkungan.
Bukan berarti kita memusuhi, tapi jadikan mereka target saat kita sudah meraih keberhasilan. Pada akhirnya mereka adalah orang-orang yang kita tolong, mereka teman-teman yang harus kita bantu.
Intinya, makna hijrah yang kedua ini adalah pindah dari lingkungan atau komunitas pergaulan yang tidak memberi ruang kepada kita untuk meraih sebuah kesuksesan. Dalam arti, kebiasaan atau budaya di komunitas kontra produktif dengan jalan kesuksesan.
Mari kita mengintrospeksi diri apakah aktivitas yang kita kerjakan sudah menuju apa yang kita cita-citakan dan memastikan apakah lingkungan sosial kita pada saat ini juga mendukung. Semoga di tahun baru 1445 Hijriyah ini kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Aamiin.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!