Menangkal Para Pembisik di Akhir Kekuasaan

Menangkal Para Pembisik di Akhir Kekuasaan
Photo by Lewis J Goetz on Unsplash

Di akhir masa jabatan kekuasaan, apa saja yang dirasakan dan ditakuti? Perhatikan fenomena sakaratul maut. Di saat itu, syetan mendekati dengan memasukkan segala was-was, ketakutan, dan kekhawatiran. Salah satunya tentang kekurangan harta dan masa depan keturunannya. Sedangkan banyak kasus korupsi dan perbuatan yang melampaui kewenangannya yang menimpa penguasa dan pejabat di akhir masa jabatannya. Apakah ujian ini hanya menimpa orang tertentu saja?

Umar bin Abdul Aziz, khalifah yang disetarakan dengan khulafaur rasyidin, juga merasakan serta mengalami ujian dan godaan di akhir kekuasaannya. Lantas bagaimana cara dia menangkal godaannya? Bagaimana cara mematahkan argumentasi para pembisik di lingkaran terdekatnya yang mencoba mempengaruhi dan menjerumuskannya?

Umar bin Abdul Aziz memiliki putra yang bernama Abdul Malik. Dia membantu, memotivasi, dan mengingatkan sang Ayah. Saat sang Ayah beristirahat karena kelelahan bekerja dan pekerjaan akan diselesaikan esok hari, dia berkata, “Apakah ayah yakin besok masih hidup?”

Saat sang Ayah terlihat “lambat” dalam menegakkan Sunah Rasulullah saw, dia mengingatkan ayahnya. Umar bin Abdul Aziz pun sering memuji putranya tersebut. Apakah sang putra akan menjadi penerusnya kelak?

Saat putranya, Abdul Malik, wafat, Umar bin Abdul Aziz ditanya oleh sahabatnya, “Apakah jika dia hidup, kau akan mewasiatkannya agar dia menjadi penggantimu?”

Umar menjawab, “Tidak!”

Baca juga: Liku-liku Abdurrahman bin Auf dalam Pemilihan Khalifah

Sahabatnya berkata lagi, “Lalu mengapa kau sering memujinya?”

Umar menjawab, “Sebab saya khawatir, jika saya mengangkat dia (sebagai khalifah), maka dia akan dihormati sebagaimana ayahnya dihormati.”

Umar bin Abdul Aziz tidak tergoda mengangkat anaknya menjadi khalifah penggantinya walau dia memiliki 14 anak.

Saat Umar bin Abdul Aziz terbaring sakit, datanglah orang terdekatnya, Maslamah bin Abdul Malik. Maslamah berkata, “Wahai, Amirul Mukminin. Sesungguhnya engkau meninggalkan anak-anakmu yang akan menjadi tanggungan orang lain. Tinggalkan pesan! Apakah yang harus aku lakukan terhadap mereka (dari Kas Negara)? Aku akan melakukan sesuatu atas namamu. Engkau sama sekali tidak meninggalkan harta untuk mereka. Engkau tak memberikan mereka apa-apa.”

Umar menjawab, “Wahai, Maslamah. Anak-anakku memiliki Allah yang telah menurunkan al-Kitab. Dia-lah yang mengurus orang-orang saleh. Anak-anakku ada dalam dua kemungkinan: taat kepada Allah sehingga Allah tidak akan menyia-nyiakan mereka, atau bermaksiat. Karena itu, aku tidak mau membantu mereka melakukan maksiat dengan memberi mereka harta.”

Di dalam riwayat lain, Maslamah membawa uang seribu dinar (dari Kas Negara) di hadapan Umar bin Abdul Aziz, agar dia mewasiatkannya untuk diberikan kepada anak-anak khalifah, namun Umar  menolaknya dan memerintahkannya untuk mengembalikan uang itu ke Kas Negara. Umar tidak ingin menjadikan anak-anaknya menjadi orang kaya dari harta yang tidak halal, namun setelah itu dimasukkan ke api neraka.

Berdasarkan riwayat, warisan yang diberikan Umar bin Abdul Aziz untuk anak-anaknya, per anak hanya 19 dirham. Sedangkan warisan yang diterima anak-anak khalifah Hisyam bin Abdul Malik, setiap anaknya mendapatkan 1.000.000 dirham. Umar bin Abdul Aziz telah lulus dalam menghadapi ujian-ujian yang dihadapi oleh setiap para penguasa di penghujung kekuasaannya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.