Meneladani Leluhur yang Saleh

Meneladani Leluhur yang Saleh
Meneladani Leluhur yang Saleh / Photo by Hasan Almasi on Unsplash

Allah Ta'ala berfirman dalam surah Ath-Thuur ayat 21:

وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ

Dan orang-orang yang beriman, beserta anak-cucu mereka yang mengikuti mereka dalam keimanan, Kami pertemukan mereka dengan anak-cucu mereka (di dalam surga), dan Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya.

Ketika menafsirkan ayat ini, Abu Ja'far Ath-Thabari mengatakan:

وأولى هذه الأقوال بالصواب وأشبهها بما دلّ عليه ظاهر التنـزيل, القول الذي ذكرنا عن سعيد بن جبير, عن ابن عباس, وهو: والذين آمنوا بالله ورسوله, وأتبعناهم ذرياتهم الذين أدركوا الإيمان بإيمان, وآمنوا بالله ورسوله, ألحقنا بالذين آمنوا ذريتهم الذين أدركوا الإيمان فآمنوا, في الجنة فجعلناهم معهم في درجاتهم, وإن قصرت أعمالهم عن أعمالهم تكرمة منا لآبائهم

Penafsiran yang paling utama dari ayat ini adalah apa yang ditunjukkan zahir ayat yang kami sebutkan dari Sa'id bin Jubair dari Ibnu Abbas yaitu orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, lalu kami ikutkan keturunannya dengan iman pula, maka akan kami pertemukan mereka dengan keturunan mereka itu di surga. Kami jadikan mereka sederajat saja meski keturunan mereka ini tidak sampai amalnya ke derajat leluhurnya sebagai bentuk PEMULIAAN ALLAH KEPADA ORANG TUA MEREKA.

Maka, jika punya orang tua dan nenek moyang yang saleh, berusahalah meneladani sikap baik mereka dan selalu mendoakan mereka, sehingga dengan itu Allah tempatkan kita di surga bersama mereka. Begitu pula kalau ingin kita dipertemukan bersama keturunan kita di surga, maka sering-sering minta kepada Allah dengan mengingat ayat itu dan baca ayat itu. Hafalkan demi mendapatkan peluang itu dari Allah Ta'ala.

Di antara bentuk berbuat baik kepada leluhur, baik itu ayah maupun kakek dan nenek moyang, adalah seperti yang terungkap dalam hadits dari Malik bin Rabi’ah As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu, ia menuturkan, “Ketika kami sedang duduk di hadapan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, tiba-tiba datang seseorang dari Bani Salamah yang berkata, ‘Ya Rasulullah, masih bisakah aku berbakti kepada kedua orangtuaku setelah mereka meninggal?’ Beliau menjawab, ‘Bisa, dengan mendoakan mereka, memintakan ampun untuk mereka, menunaikan janji mereka pasca mereka meninggal, menghormati teman-teman mereka, dan menyambung silaturrahim yang tidak bisa disambung kecuali dengan perantaraan mereka’.” – HR. Abu Daud nomor 5142, Ibnu Majah nomor 3664

Hadits itu meski pun sanadnya dha’if, tetapi maknanya dipakai berdasarkan keumuman dalil-dalil lain yang senada. Tidak ada yang menafikan makna hadits ini, dan semua diktum (isi teks)-nya disetujui oleh para ulama, sebagai bentuk bakti kepada kedua orang tua setelah mereka meninggal.

Takhrij Atsar Ali tentang Syarat Taat kepada Pemimpin
Atsar ini menguatkan syarat pemimpin yang wajib ditaati secara mutlak adalah yang berhukum dengan hukum Allah. Jika tidak, berarti dia bermaksiat dan yang bermaksiat tak boleh diikuti.

Di dalam masalah doa dan istighfar, Rasulullah saw menegaskan bahwa jika itu berasal dari anak yang saleh kepada orangtuanya, maka akan menjadi amal saleh yang langsung ditransfer kepada mereka di alam kubur. Masalah memenuhi janji mereka, itu jelas merupakan kewajiban anak-anak sebagai ahli waris utama untuk menuntaskannya. Janji di sini adalah semua perjanjian yang berhubungan dengan mereka dan belum sempat dilaksanakan selama mereka hidup, termasuk hutang.

Di dalam hadits sahih muttafaq ‘alaih bahwa ada seorang wanita yang menyatakan bahwa ibunya punya hutang puasa, bolehkah ia membayarnya untuk ibunya itu? Rasulullah menjawab, “Jika ibumu punya hutang kepada manusia, akankah kau membayarnya? Nah, hutang kepada Allah lebih layak untuk dibayar.

Ada pun menghormati teman mereka dan menyambung silaturrahim dengan perantaraan mereka adalah satu sikap yang dicontohkan oleh salah seorang pemuka salafus salih, Abdullah bin Umar bin Kaththab radhiyallahu ‘anhuma. Ia pernah bertemu dengan seseorang di jalanan kota Makkah. Ia langsung menyalami orang itu, menaikkannya ke kendaraannya, dan memberikannya surban yang biasa ia pakai. Ketika ia ditanya mengapa melakukan hal itu, jawabnya, “Ayah orang ini adalah teman baik Umar bin Khaththab dan aku pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

إِنَّ أَبَرَّ الْبِرِّ صِلَةُ الْوَلَدِ أَهْلِ وُدِّ أَبِيْهِ

“Bakti terbaik dari seorang anak adalah ketika ia meneruskan persahabatan dengan sahabat karib ayahnya.” – HR. Muslim no. 2552

Di dalam hadits lain, masih dari Ibnu Umar, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,

مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَصِلَ أَبَاهُ فِيْ قَبْرِهِ فَلْيَصِلْ إِخْوَانَ أَبِيْهِ بَعْدَهُ

“Siapa yang ingin melanjutkan (bakti) kepada ayahnya yang sudah di alam kubur, maka hendaklah ia melanjutkan persahabatan dengan teman-teman ayahnya.” – HR Ibnu Hibban. Dianggap hasan oleh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib, no. 2506

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.