Mengukur Kedigdayaan Pesona Jokowi di Pemilu 2024

Mengukur Kedigdayaan Pesona Jokowi di Pemilu 2024
Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo dalam pertemuan dengan para penjabat kepala daerah se-Indonesia di Istana Negara Jakarta. / Humas Setkab RI

Partai Solidaritas Indonesia (PSI) “jualan” Jokowi. Caranya dengan mengidentikkan bahwa PSI adalah Jokowi.  Tetapi mengapa “tidak laku”? Menurut Quick Count, PSI diprediksi tidak lolos ke Senayan karena suaranya di bawah 4%.

Mengapa hasilnya berbeda dengan Partai Demokrat saat “jualan” SBY? Apa pengaruh gagalnya PSI sehingga tidak lolos ke Senayan? Apa kemenangan Prabowo karena kharisma Jokowi di mata rakyat?

Quick Count Pilpres 2024 diumumkan, bertanda awal meredupnya kekuatan Jokowi di Istana. Semua mata akan beralih ke Prabowo. Semuanya mulai sowan ke Prabowo. Bagaimana dengan “janji” antara Prabowo dengan Jokowi sebelum mereka berkoalisi? Mari kita melihat saat Gerindra tak menepati janjinya kepada PKS ketika Sandiaga Uno meninggalkan kursi Wagub Jakarta.

Dengan gagalnya PSI ke Senayan, Jokowi tak memiliki kendaraan politik secara jangka panjang. Tak bisa lagi menjadi think-thank perpolitikan. Seperti BJ Habibie dan Gus Dur, yang hanya menjadi tokoh bangsa. Apakah Jokowi akan “mengkudeta” salah satu partai yang sudah ada? Dengan melakukan manuver Munaslub tandingan?

Apakah posisi Gibran sebagai Cawapres akan kuat dan mampu menandingi Prabowo yang juga Ketua Gerindra? Tanpa dukungan partai politik di Senayan, Gibran dalam posisi yang lemah. Seperti JK dan Ma'ruf Amin saat menjadi Cawapres Jokowi. JK pernah memiliki kekuatan saat menjadi Wapres SBY, karena saat itu JK adalah Ketua Umum Golkar yang menguasai Parlemen.

Baca juga: Masa Senja Megawati, Lihatlah Era Jokowi

Jokowi harus belajar saat dirinya hanya menjadi “petugas partai” PDIP di periode pertama kepresidenannya. Setelah berada di periode kedua, barulah dia bisa menyusun kekuatan. Itu pun dengan “menyandera” para ketua umum Parpol agar mendukung strateginya. Apakah Gibran bisa secepat itu? Prabowo dan Gerindra tak butuh waktu lama untuk melakukan manuver seperti yang dilakukan Jokowi.

Dengan tidak berhasilnya PSI ke parlemen dengan “jualan” Jokowi, menandakan bahwa Jokowi sebenarnya bukan tokoh yang berpengaruh jika dikaitkan dengan Parpol. Tanpa Jokowi, PDIP tetap berjaya memimpin berdasarkan hasil Quick Count Pileg 2024.

Kekuatan Jokowi hanya karena memiliki kekuatan mobilisasi struktural kekuasaan dan anggaran saja. Energi Jokowi terlalu besar untuk menyukseskan Prabowo sehingga harus menanggalkan kenegarawanannya di Pilpres 2024.

Kekuasaan terus bergulir. Setiap rencana jahat akan kembali kepada yang merencanakannya. Allah SWT sebaik-baiknya pembuat makar. Itulah hukum yang terus berlaku di mana pun dan kapan pun. Bagaimana akhir Jokowi dengan Parpol yang disanderanya? Perjalanan politik ke depannya semakin menarik.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.