Mental Dan Perangkat Kemenangan

Mental Dan Perangkat Kemenangan
Photo by JESHOOTS.COM on Unsplash

Al Qur'an menyebut umat Islam sebagai umat yang terbaik (Q.S. 3:110). Pada ayat yang lain disebut sebagai khalifah (Q.S. 2:30: 24:55). Bahkan disebut golongan yang menang (Q.S. 5:56). Maka seharusnya umat Islam unggul di semua bidang kehidupan, termasuk ekonomi dan politik.

Justru kenyataan yang terjadi posisi ummat Islam sebagaimana digambarkan oleh  Rasulullah Saw, seperti buih yang mengapung (ghutsa'). Dan Allah telah mencabut rasa gentar dari dada musuh kalian terhadap kalian.(HR. Abu Dawud, hadist no. 4297). Sebagai pecundang, pihak yang kalah dan terhina di semua bidang kehidupan, termasuk bidang ekonomi dan politik.

Jumlah ummat Islam (86,7%) (RISSC, 2023) tidak berbanding lurus dengan posisi dan perannya dalam berbangsa dan bernegara. Dalam bidang ekonomi yang jumlahnya lebih dari 86% hanya mendapatkan tidak lebih dari 30% aset/ kekayaan Indonesia. Juga dalam politik suaranya tidak lebih dari 20%.

Padahal bagi Allah SWT urusan memenangkan Ummat Islam yang mayoritas ini sama mudahnya Allah SWT menghancurkan kaum yang berbuat zalim, sebagaimana kaum Nuh AS, Fir'aun dan bala tentaranya, kaum Nabi Luth AS dan sebagainnya.

Kembali pada kondisi umat Islam hari ini yang kalah dan terhina ada beberapa teori yang menjelaskan. Pertama, bisa jadi karena umat Islam belum pantas mendapatkan kemenangan. Figur-figur yang muncul bukan seperti Nabi Sulaiman dan Nabi Ayub, bagaimanapun posisinya tidak sombong dan kecil hati. Justru yang muncul figur-figuu Qorun, Fir'aun dan Haman yang sombong, lupa diri dan tidak tahu diri. Silau dengan dunia.

Baca juga: Menangkal Para Pembisik di Akhir Kekuasaan

Kedua, sebagai ujian. Agar punya kesadaran bahwa dikuasai/dikendalikan secara ekonomi dan politik itu adalah musibah. Mengakibatkan kemiskinan dan kebodohan yang berkepanjangan. Sebagian Ulama, ilmuan dan peneliti serta wartawan bisa dibeli. Tidak punya sikap.

Kebenaran bisa diatur sedemikian rupa oleh oligarki. Umat terjebak pada kondisi pragmatisme. Mereka kelihatan besar (buih mengapung), tapi tidak diperhitungkan. Mudah terombang-ambing oleh arus. Maraknya fitnah dan distorsi tentang Islam dan umatnya.

Ketiga, memang Allah SWT sedang mempersiapkan mental dan perangkat kemenangan. Kemenangan itu penting dan yang sama penting adalah mental dan perangkat kemenangan. Fenomena Qorun itu adalah orang yang kaya, tetapi miskin. Sebagaimana fenomena koruptor kini, mereka mendapatkan kedudukan dan kekayaan yang lebih dari rata-rata, tetapi jiwanya miskin. Sebenarnya mereka menang, tetap mentalnya kalah, miskin. Tidak merasa cukup. Sehingga menyalahgunakan jabatannya untuk memperkaya diri. Karena jiwanya miskin.

Makanya untuk mempersiapkan kemenangan dibutuhkan. Pertama, kesiapan spiritual. Menjadikan Allah SWT sebagai faktor penting dalam mewujudkan kemenangan. Kedua, kesiapan konsep tentang berbangsa dan bernegara. Ketiga, kesiapan SDM dalam suatu amal jamai. Terintegrasi dan sinergis dalam kerja-kerja pembinaan dan pemberdayaan umat. Keempat, kesiapan umat dalam pendidikan dan ekonomi, sehingga tidak ada kemiskinan dan kebodohan. Umat dan masyarakat menerima perubahan. Kelima, kesiapan jaringan domestik dan internasional.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.