Ketika digiring sebagai tersangka dengan tangan kaki diborgol bak seorang penjahat demi mempertahankan akidah ahlus sunnah, berulang kali Imam Ahmad mendapat semangat dari rakyat jelata yang mengetahui beritanya. Dukungan itu sungguh sangat berkesan di jiwa sang imam.
Sampai beliau menceritakan, "Sejak terjadi masalah ini (masalah pemaksaan kemakhlukan Al Quran) tak ada kata yang paling berkesan di hatiku yang lebih menghujam dibanding semangat yang diberikan seorang Arab badui: Wahai Ahmad, kalau kau terbunuh lantaran kebenaran maka kau mati dalam keadaan syahid, dan kalau kau tetap hidup maka kau hidup dalam keadaan terpuji. Kata-kata itu membuat hatiku makin kuat menghadapi." (Siyar A'lam An-Nubala, cetakan muassasah Ar-Risalah jilid 11 hal. 241).
Bayangkan orang sekaliber beliau, imam besar yang keimanan dan keilmuannya sulit ditandingi oleh generasi masa kini, menjadi lebih bersemangat mendegar support dari seorang badui jelata yang tak dikenalnya. Masih mending kalau hanya rakyat jelata, bahkan Imam Ahmad pernah disemangati oleh seorang residivis pencuri dengan membandingkan keteguhannya di jalan setan, hal mana membuat Imam Ahmad yang saat itu mulai goyah, menjadi makin kuat dan tegar menghadapi tekanan.
Perihal ini, Ibnu Al-Jauzi dalam kitab Manaqib Al Imam Ahmad hal. 450 menulis:
“Abdullah bin Ahmad putra Imam Ahmad menceritakan: Aku mendengar ayahku sering kali mengucapkan “semoga Allah mengampuni Abu Haitsam, semoga Allah merahmati Abu Haitsam Al-Haddad. Ketika aku dikeluarkan untuk dicambuk dan kuulurkan tangan kepada algojo tiba-tiba ada seorang menarik bajuku dari belakang. Dia berkata, “Kau kenal aku?!”
Kujawab, “Tidak.”
Baca Juga : Ketika Ketulusan Dibayar Kontan
Dia berkata, “Aku Abu Haitsam Al-‘Ayyar, sang pencuri kawakan. Namaku tertulis di Dewan Amirul Mukminin. Aku telah dicambuk sebanyak delapan belas ribu kali, tapi aku teguh bertahan di jalan setan demi dunia. Maka kau harus lebih kuat bertahan di jalan Allah demi agama!”
Lalu aku mendapatkan 18 kali cambukan saja, dibanding dia yang mendapatkan 18 ribu kali cambukan.
Demikianlah sering kali kita malah dapat pelajaran dan semangat dari orang lain, baik support-nya maupun pengalamannya. Sering kita mengeluh merasa paling ini, paling itu, ternyata jadi malu sendiri karena ada yang jauh lebih ‘paling’ tapi tetap teguh tanpa mengeluh.
Bayangkan, orang berbuat maksiat saja sanggup bersabar demi berjuang di jalan setan, lalu mengapa yang berjuang di jalan agama dan yakin akan kebenaran perjuangannya kurang bisa bersabar? Tentu banyak faktor dalam hal ini, tapi apapun itu, semua pejuang perlu diberi semangat karena pejuang kebenaran begitu berat ujiannya.
Begitu pula para pejuang kita saat ini. Mereka sungguh butuh semangat dari semua pihak terutama yang tulus menginginkan kebaikan dan tegaknya kalimat Allah. Tak semua pejuang kuat menghadapi beratnya tekanan perjuangan, makanya Allah memberikan bantuan melalui sebab dari pihak yang lain. Semoga kita menjadi salah satu sebab pertolongan itu, sehingga di akhirat mendapatkan syafa’at pula dari para pejuang yang telah kita bantu.
Mari kita berikan support kepada para pejuang kebenaran, aktivis dan mujahid Islam yang sedang menghadapi para durjana dari kalangan kuffar, munafikin maupun zalimin, di medan perang, politik, ekonomi maupun dakwah. Mungkin kita tak sadar; tapi bisa jadi, ada kalimat sederhana yang kita ucapkan membuat sang pejuang yang tadinya nyaris futur jadi bergairah membara.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!