Pesan dan Kesan Pidato Abu Ubaidah

Pesan dan Kesan Pidato Abu Ubaidah
Pesan dan Kesan Pidato Abu Ubaidah / Foto Istimewa

Gaza sedang menjalani realitas yang menyedihkan, keras, dan penuh bencana, dalam arti sesungguhnya. Sebuah bangsa yang menjadi sasaran pengepungan, kelaparan, pembunuhan, dan kehancuran, yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Namun, negeri ini terus melawan. Dan para pejuangnya terus memetakan arah untuk fase berikutnya.

Wahai para pemimpin Arab dan negeri muslim, kalian akan jadi musuh kami di pengadilan akhirat nanti. Kalian akan berhadapan dengan para korban anak-anak dan orang tua yang tewas dan kelaparan nanti di pengadilan Allah,” demikian pidato terbaru Abu Ubaidah yang menumpahkan perasaan syar’iy-nya dan mengatakan sebuah kebenaran yang akan ditanggung pahit oleh siapa pun yang mengabaikannya.

Bagaimana tidak? Setelah hampir dua tahun, genosida masih berkecamuk di Jalur Gaza. Dan setelah empat bulan kelaparan yang disengaja, pengeboman brutal, dan penargetan sistematis semua makhluk hidup, dari para pemimpin hingga anak-anak, dari wanita hingga pemuda, di tengah-tengah pengungsian massal dan kelaparan, penyakit, dan kelelahan yang meluas, belum ada tindakan berarti dari para pemimpin negeri muslim maupun Arab, tetangga atau pun yang jauh, untuk menghentikan ini semua.

Sebuah pidato yang dengan jelas memikulkan tanggung jawab atas apa yang terjadi di Gaza kepada umat Arab dan Islam. Sekaligus memertanyakan para pemimpin serta ulama mereka di hadapan Allah dan hati nurani mereka, pada momen yang sangat menentukan. Di dalam pidatonya, Abu Ubaidah tidak ragu untuk menyampaikan teguran dan kritik, tanpa meninggalkan sikap tegas dan kokoh.

Meski pun ada banyak teguran dan rasa kecewa, pidato Abu Ubaidah menegaskan bahwa Brigade Al-Qassam masih berdiri kokoh di atas landasan yang kuat, dan memiliki visi serta strategi yang jelas, yang bertujuan untuk menimbulkan kerugian besar di kalangan tentara Israel. Ia menekankan bahwa tank-tank yang dikira bisa melindungi musuh, tidak akan menyelamatkan mereka dari nasib yang telah menanti mereka di Gaza. Di sana, yang menanti mereka hanyalah kematian, apa pun yang mereka lakukan, berapa pun mereka membunuh, menghancurkan, dan memusnahkan.

Saat Rakyat Iran Bersatu Melawan Israel
Agresi Israel yang didukung Amerika Serikat, sejatinya berniat mengembalikan Iran ke masa monarki. Untuk saat ini, tampaknya usaha itu tak mendapat dukungan dari mayoritas warga Iran. Kini, faktanya, rakyat Iran bersatu melawan Israel. Baik lewat senjata maupun “pena” dan media.

Apa yang disampaikan oleh Abu Ubaidah bukan sekadar tantangan, tetapi pengumuman akan dimulainya fase baru. Siapa pun yang mengikuti perkembangan situasi akan menyadari bahwa Brigade Al-Qassam kini berada dalam kondisi terbaiknya sejak lebih dari satu tahun terakhir. Bahwa mereka telah menyusun ulang kekuatan dengan tenang, dan telah memersiapkan kejutan-kejutan berikutnya.

Karena muncul pada saat ini, maka seakan para mujahidin memberikan pesan tersendiri bahwa mereka masih kuateksis dan efektif. Mereka masih dalam kondisi prima untuk tetap bertempur sekaligus masih mampu mengatur rencana dengan baik, sehingga mampu mengalahkan pasukan musuh di berbagai operasi. Ini sudah menegaskan bahwa Israel telah gagal dalam perang ini, dan hanya mampu membunuh rakyat sipil tak bersenjata serta melakukan kegilaan dan kejahatan perang yang tak dibenarkan hukum internasional dan norma mana pun.

Di sisi lain, pidato ini tampaknya menjadi pengantar untuk apa yang akan datang. Perlawanan menolak peta-peta solusi yang telah diajukan kepada mereka, karena mereka menyadari bahayanya. Penolakan ini juga datang dari faksi-faksi lain dan siapa pun yang bernegosiasi atas nama rakyat Palestina. Oleh karena itu, saya memerkirakan bahwa tahap berikutnya akan menyaksikan eskalasi dalam operasi perlawanan, serta kembalinya aksi-aksi penangkapan dan pembunuhan terhadap tentara penjajah.

Tidak menutup kemungkinan juga bahwa dunia Arab dan Islam akan menyaksikan gelombang kesadaran baru, yang dipimpin oleh para ulama dan tokoh-tokoh besar. Abu Ubaidah dengan tegas tanpa ambigu ingin mengatakan, "Wahai para ulama dan mujahidin seluruh dunia, bergeraklah sebelum segalanya terlambat".

Ingatlah pesan Rasulullah ﷺ,

«إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ، وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ، وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ، وَتَرَكْتُمُ الْجِهَادَ، سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ»

“Jika kalian berjual beli secara ‘iinah (mengakali riba), mengikuti ekor sapi, suka dengan pertanian (sibuk dunia) lalu kalian tinggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kepada kalian kehinaan, dan tidak akan Dia cabut sampai kalian kembali kepada agama kalian.” (HR Abu Daud).

Kembali kepada agama di sini maksudnya adalah melaksanakan perintah agama berupa jihad yang sudah menjadi fardhu ‘ain karena kaum muslimin telah dijajah dan dianiaya agresor kafir harbi.

Donor Darah di Tengah Dentuman Bom
Ini adalah pengalaman donor darah seorang relawan dokter yang tergabung dalam EMT BSMI yang diterjunkan ke Gaza, Dr. Prita Kusumaningsih, SpOG. Tak hanya tentang prosedur medis, tetapi juga tentang keberanian, kepedulian, dan solidaritas di tengah-tengah krisis.

Salah satu bentuk kehinaan ketika kaum muslimin meninggalkan jihad adalah Allah timpakan sifat wahn yaitu lemah, karena cinta dunia dan takut mati, dan Allah cabut kewibawaan mereka di hadapan musuh sebagaimana dalam hadits Tsauban yang juga ada dalam Sunan Abi Daud,

وَلَيَنْزَعَنَّ اللَّهُ مِنْ صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ، وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِي قُلُوبِكُمُ الْوَهْنَ»، فَقَالَ قَائِلٌ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَمَا الْوَهْنُ؟ قَالَ: «حُبُّ الدُّنْيَا، وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ»

“'Allah akan cabut dari dada musuh kalian rasa takut kepada kalian, dan Allah lemparkan ke dalam hati kalian wahn'. Para sahabat bertanya, 'Apa itu wah ya Rasulullah?' Beliau menjawab, 'Cinta dunia dan takut mati'.

Cinta dunia itu tidak terlarang. Tetapi kalau karena itu lantas meninggalkan kewajiban agama, maka jadilah dia sebab kehinaan di dunia dan tanggungan dosa di akhirat. Itulah yang menimpa para pemimpin negeri yang membiarkan saudara seagamanya dizalimi tanpa mampu berbuat pencegahan yang maksimal hanya karena takut kekuasaannya terancam musuh.

Tetapi posisi para pejuang memberikan semangat dan kabar gembira sebagai bentuk janji nubuwat Rasulullah dalam hadits Tsauban pula,

لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي عَلَى الدِّينِ ظَاهِرِينَ لَعَدُوِّهِمْ قَاهِرِينَ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَالَفَهُمْ إِلَّا مَا أَصَابَهُمْ مِنْ لَأْوَاءَ حَتَّى يَأْتِيَهُمْ أَمْرُ اللهِ وَهُمْ كَذَلِكَ ” . قَالُوا: يَا رَسُولَ اللهِ وَأَيْنَ هُمْ ؟ قَالَ: ” بِبَيْتِ الْمَقْدِسِ وَأَكْنَافِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ “

“Akan senantiasa ada sekelompok ummatku yang menang memerjuangkan agama ini, berhasil menekan musuh mereka. Tidaklah merugikan mereka para penyelisih, kecuali sekadar tekanan hidup (lawa) sampai datang kepada mereka keputusan Allah dan mereka tetap dalam keadaan demikian.”

 

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.