Saudaraku …
Gara - gara Quick Count, masyarakat jadi terbelah 2 (dua), ya? Ada yang percaya penuh terhadap Quick Count karena yang melakukannya adalah Lembaga yang kredibel. Ada juga yang belum percaya karena banyak contoh kejadian seorang tokoh dinyatakan kalah oleh Quick Count tetapi setelah Real Count dirilis ternyata menang. Katanya, hal itu terjadi pada waktu pemilihan Presiden di Turki dengan calonnya Erdogan.
Sikap yang terbaik memang kita harus menunggu keputusan KPU (Komisi Pemilihan Umum). Lalu mengapa ada Quick Count? Luar biasa pengaruh Quick Count ini, sehingga calon yang dinyatakan menang berdasarkan hasil Quick Count telah mengadakan Victory Speech (Pidato Kemenangan). Sementara pihak yang kalah berusaha menenangkan para pemilihnya. Dan para pemilih juga berusaha mencari-cari bentuk kecurangan. Padahal, sejumlah badan telah ditunjuk untuk mengawasi jalannya pemilu ini.
Sehingga, Ustadz yang ber-laqab Abu Yami salah seorang Staf Pondok Pesantren At Taqwa, Bekasi, berkata, “Buat saya pribadi, menang atau kalah dalam kontestasi ini nggak masalah, tetapi harus fair dan sportif. Insya Allah… kalau sudah sportif kemenangannya, kita terima dengan lapang dada dan Ikhlas.”
Baca juga: Manuver Pasca Tetap Berjalannya Pilpres 2024 “yang Tak Diinginkan”
Sebagai orang beriman, kita selalu diingatkan bahwa Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
“Allah sangat cepat perhitungan-Nya.” – QS. Al-Baqarah:202
Ungkapan seperti itu ada pada 8 (delapan) ayat dan puncaknya menggunakan Isim Tafdhil (Superlative), yaitu:
“Dan Dia-lah pembuat perhitungan yang paling cepat.” – QS. Al-An’am:62
Inilah tanggung jawab kita secara pribadi di hadapan Allah SWT kelak di Hari Kiamat. Di samping cepat hitungan-Nya, hitungan Allah juga akurat, sehingga dengan perhitungan tersebut tiap pribadi mengakui kesalahannya masing-masing dan tak terbantahkan.
Saya jadi ingat almarhum bapak saya dulu kalau menimbang padi. Abang-abang saya pada memikul ketika padi ditimbang, sementara saya disuruh mencatat di buku hasil timbangan itu. Setelah proses penimbangan selesai, bapak saya memerintahkan saya untuk menjumlah secara keseluruhan. Setelah saya jumlah seluruhnya, bapak saya masih berkata lagi, “Reken lagi”. Mungkin “Reken” yang dimaksud bapak saya itu adalah “Re-Count” yang artinya “Hitung Kembali”.
Jadi, kepada KPU… Reken lagi kalau sudah di-Count nanti. Apalagi Quick Count, yang dihitung secara cepat yang mungkin terdapat kekeliruan. Bukankah ada seruan agama yang melarang kita melakukan pekerjaan secara tergesa-gesa?
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!