Salah Kaprah Taaruf Digital

Salah Kaprah Taaruf Digital
Rasulullah bersabda "Dua orang lelaki & wanita yang berduaan (Khalwat) maka yang ketiga adalah setan" – HR Ahmad

Hadits ini sangat populer di masyarakat kita, akan tetapi mayoritas muda-mudi mengabaikan larangan Nabi ini, bahkan oleh mereka yang mengklaim sedang menjalani taarufan, taaruf digital katanya. Padahal, taaruf yang didengung-dengungkan sebagai cara mencari jodoh yang Islami harusnya ditunjukkan sebagai cara yang jauh dari khalwat, jauh dari unsur pacaran. Apa itu taarufan, bagaimana esensinya & apa saja rambu-rambunya ?

Tidak Ada di Zaman Nabi

Sepanjang yang kami pelajari, dalam Al-Qur'an, dalam hadits, dan dalam sejarah Islam istilah taaruf dalam mencari jodoh itu tidak pernah ada. taaruf ada dalam Al-Qur'an yakni kata "Li-ta'arofu" yang maknanya adalah saling mengenal. Namun taaruf yang disebutkan Qur'an ini konteksnya umum, yakni saling mengenal antar manusia yang bersuku-suku dan berbangsa-bangsa, bukan saling mengenal pria-wanita untuk mencari jodoh.

... وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ
"....kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal..." – QS. Al-Hujurat : 13

Dan berdasar contoh dari Nabi, para Sahabat, & para Ulama ketika mencari jodoh itu langsung khitbah (melamar) orang yang sudah dikenalnya, atau melamar anak teman dekatnya, atau dijodohkan, artinya memang menikah dengan circle terdekat (tetangga, sepupu, anak teman atau saudaranya teman) yang sudah diketahui bibit, bebet, & bobotnya. Bukan baru ketemu terus kenalan, kirim-kiriman surat, apalagi sampai berkata-kata semisal "Aku sayang kamu karena Allah". Belum halal kok gombal ?

Baca Juga : Angku Nasaruddin Latif: "Ulama Konselor Pernikahan yang Terlupakan"

Istilah taaruf dalam mencari jodoh itu baru dikenal di abad modern, ketika pria-wanita sudah sangat mudah berkomunikasi. Tadinya taaruf ini di generasi tahun 80-an dan 90-an itu diawasi oleh wali wanita, atau Ustadz, atau Murabbi (guru ngaji). Lalu lama kelamaan karena kesulitan cari perantara dari orang yang amanah & belum berani ketemu wali, maka mulai digunakan perantara berupa teman atau biro taaruf. Ini masih lumayan aman, karena dua insan yang mau kenalan ini masih ada pengawas, walaupun agak beresiko juga kalau perantaranya tidak amanah.

Lalu masuklah era sosmed. Istilah taaruf ini bergeser menjadi ajang chating bebas Ikhwan-Akhwat tanpa kendali. Pokoknya asal dichating ada istilah seperti "Akhi, Ukhti, Afwan, Syukran, Syafakillah, Masya Allah" dsb. mereka sudah merasa bertaaruf, ini salah kaprah. Berkhalwat menggunakan istilah-istilah keagamaan, malah jadi merusak citra. Mau bikin istilah "pacaran Islami ?"

Ada juga sih yang cepat dapat lalu langsung nikah. Tapi kebanyakan, Ikhwan Akhwat ini tenggelam dalam kenikmatan chating ria. Terus-terusan tanya kabar, tanya sudah ngaji atau belum, sudah tahajud belum dll. Setan lalu memberi angan-angan syahdu bahwa mereka berdua sedang jatuh cinta di jalan Allah, jatuh cinta di jalan dakwah, dan seabreg label indah lainnya sebagaimana Adam & Hawa yang terbuai label "Khuldi" dari Iblis.  Mereka masuk dalam jebakan setan, sesuatu yang dilarang Nabi : Khalwat !.

"Barangsiapa berdua-duaan (khalwat) maka yang ketiganya Setan" – HR Ahmad, Shahih

Mereka berkilah "kan kita jauh-jauhan, gak deket-deketan". Padahal esensi Khalwat bukan pada jaraknya, tapi pada berduaannya. Coba mereka berdua chat di grup, tak mungkin akan berani tanya-tanya hal mendalam.

"Yang ketiganya Setan"

Ya, karena banyak efek buruk akibat cara taaruf yang tidak Syar'i ini, bahkan pernah ada satu kasus akhwat di PHP  ikhwan teman chatingnya, disuruh ke suatu tempat yang jauh, tapi si Ikhwan tidak datang. Akhirnya si Akhwat mau pulang tidak punya ongkos. Ada juga kasus, Ikhwan ditipu Akhwat pengajian gadungan diminta transfer puluhan juta. Setelah ditelusuri awalnya bermula dari inbox.

Baca Juga : Waspadai 5 Aplikasi yang Sering Digunakan Open BO

Taaruf model begini ini hanya modal kuota doang tapi tidak punya ilmu. Kalaulah punya ilmu maka tak mungkin seperti ini. Bahkan di grup-grup taaruf seringkali para Ikhwan seperti "mengobral diri", contohnya "Saya pria umur 25 siap nikah nyari akhwat cantik seumuran mau nerima apa adanya. Minat taruf silahkan inbox".

Ya Akhi, anjlok harga dirimu demi mau di-chat akhwat cantik. Sudah tidak tahu tata cara taaruf, mengajak menjerumuskan akhwat pula untuk khalwat dengan kedok taaruf. Belum jadi Imam sudah ngajak rusak, gimana jadi Imam? Ikhwan berkualitas tak akan mengobral seperti ini, justru Akhwat yang datang sendiri ngantri.

Kesimpulan

Menjemput jodoh sama seperti menjemput rezeki. Kalau cara mengambilnya tidak Syar'i, maka jangan heran jika Allah akan memberikan ketidakberkahan di kemudian hari jika memang jadi nikah, Naudzubillah. Mari kita benahi cara kita bertaaruf. Selain itu, lebih aman pakai cara Nabi &  sahabatnya dalam mencari jodoh, yakni langsung melamar orang di circle terdekat, jadi tahu bibit, bebet & bobotnya. Wallahu A'lam Bishowab

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.