Beberapa pekan lalu Presiden Recep Tayyip Erdogan unggul atas Kemal Kılıçdaroğlu dalam Pemilihan Presiden di Turki. Umat pun bergembira karena doa mereka dijawab oleh Allah SWT dengan kemenangan pria kelahiran 26 Februari 1954 itu.
Kegembiraan umat itu muncul, karena sebelumnya ada prediksi bahwa peluang Erdogan tipis untuk memenangi pemilihan tersebut. Persaingan yang menentukan itu memperlihatkan betapa sebelumnya pemilihan berlangsung, kandidat yang cenderung Islami hampir tidak memiliki peluang untuk menang melawan kelompok anti-islam.
Peristiwa tersebut menggugah Syaikh Haitam Al Haddad untuk menelaah kembali. Ia pun mengajak kita merenungkan serta mengambil banyak pelajaran dari peristiwa kemenangan itu. Ini adalah beberapa nasihat yang kuat dari Syaikh Haitam Al Haddad untuk umat Islam, terutama mereka yang terlibat secara politik, pasca keberhasilan Erdogan dalam memenangi Pemilihan Presiden Turki.
Siapa yang merayakan dan yang tidak?
Sebelumnya tidak pernah terbayangkan bahwa dalam sejarah kontemporer, umat Islam telah menyaksikan seorang pemimpin yang kemenangannya didoakan dan dirayakan seperti kemenangan Erdogan dalam pemilihan penting ini. Kita telah melihat sebagian besar umat Islam dan para pemimpin mereka menunjukkan kegembiraan dan suka cita atas kemenangan ini. Misalnya dari Qatar, Bosnia, Sudan, Albania, Kosovo, Indonesia, Uyghurs, Malaysia, Algeria, Somalia, Palestina, dan sebagian umat muslim di negara-negara Eropa serta Amerika.
Baca juga: Mohammed Salah Tewaskan Tiga Tentara Israel Lalu Tewas
Tetapi ada juga yang tidak merayakannya. Bahkan merasa kecewa. Di antara mereka yang sangat kecewa itu adalah kelas penguasa di sebagian besar negara Uni Eropa, Amerika Serikat, Iran, dan Rafidoh anti-Sunni di seluruh dunia, serta beberapa pemimpin Arab.
Apa tugas kita?
Di sisi lain, Syaikh Haitam Al Haddad mengatakan, ada tugas yang harus kita emban setelah kemenangan itu. Pertama, tunjukkan terima kasih. Umat Muslim harus berterima kasih dan bersyukur kepada Allah atas nikmat besar yang telah Dia berikan kepada kita sementara kita berada dalam posisi yang genting.
Allah berfirman,
“Dan segala nikmat yang ada padamu (datangnya) dari Allah, kemudian apabila kamu ditimpa kesengsaraan, maka kepada-Nyalah kamu meminta pertolongan.” – QS. An Nahl:53
Dan Allah juga berkata,
“Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, ‘Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.’” – QS. Ibrahim:7
Mengapa kita harus menunjukkan terima kasih? Jawabannya, seperti yang telah banyak dibahas selama beberapa bulan terakhir, kemenangan Erdogan dalam pemilihan khusus itu secara efektif merupakan pemberdayaan umat Islam di kancah global. Senyatanya, apa yang disebut "Islamis" memaksa mereka yang membencinya untuk menerima sebagai pemain utama dalam komunitas internasional.
Baca juga: 75 Tahun Israel; Pusaran Krisis Paling Serius Hingga Ancaman Perang Saudara
Kedua, "Islamis" berhati-hatilah! Mereka yang disebut "Islamis" perlu bekerja keras dan bekerja sama untuk memanfaatkan kemenangan tersebut agar memberi manfaat bagi umat di seluruh dunia.
“… Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan…” – QS. Al Maidah:2
Aktivis Muslim dan gerakan Islam juga perlu waspada. Sebab, mereka mungkin menghadapi lebih banyak tantangan, karena negara-negara Islamofobia akan mencoba menekan mereka lebih jauh setelah kemenangan ini.
Ketiga, biarkan hal ini mendorong yang lainnya. Kemenangan ini insya Allah akan mendorong semakin banyak umat Islam yang baik untuk melakukan peran aktif dalam gerakan dan keterlibatan mereka dalam politik secara lebih serius, setelah melihat bertahun-tahun penindasan dan kekecewaan.
Baca juga: Arab Saudi dan Iran Berdamai, Cina Siap Pimpin Dunia
Kita telah berjuang selama satu abad terakhir, sejak jatuhnya khilafah usmani, untuk memiliki model pemerintahan yang praktis sehingga dapat menjalankan peran kita dalam kepemimpinan moral umat manusia dan pengelolaan ciptaan Allah. Apa yang terjadi di Turki telah menunjukkan model yang dapat diikuti oleh para pemimpin Muslim untuk menghidupkan kembali Islam di negaranya masing-masing.
Keempat, berdoa. Kita semua harus berdoa agar Allah menjaga Erdogan, partainya, dan rakyat Turki agar selalu berada di jalan yang lurus. Dan agar Allah membantu mereka lebih banyak melayani umat, serta memberi mereka lebih banyak taufiq dan ikhlas. Kita memohon kepada Allah untuk melindungi Erdogan secara khusus, karena peristiwa abad lalu mengajarkan kita satu hal, yaitu musuh Islam tidak akan pernah berhenti untuk mencoba menyingkirkan seorang muslim atas kepercayaan dirinya dan menjegalnya secara aktif di arena politik. Semoga Allah memberikan yang terbaik untuk ummat.
Mungkin mengejutkan, bahwa terlepas dari apa yang dilakukan Erdogan untuk Turki, hanya kurang dari setengah jumlah pemilih yang menentangnya. Terlepas dari semua kesuksesan materi dan budaya toleransi beragama yang ia ciptakan untuk menentang sekularisme militan, namun setengah dari negaranya tidak menginginkan dia.
Baca juga: Mencekam! Kesaksian Mahasiswa Indonesia di Sudan
Ini menunjukkan, betapa rumitnya menjalankan roda pemerintahan negara di dunia saat ini. Aktivis politik yang memiliki semangat untuk menerapkan Islam harus berpikir dengan sangat hati-hati tentang rencana dan strategi mereka. Dan menilai, apakah mereka cukup praktis untuk memenuhi berbagai tantangan di lapangan, atau apakah mereka terlalu idealis dan tidak praktis. Artinya, kita perlu menggarisbawahi bahwa muslim yang "Islami" sejati penting untuk terlibat dalam kehidupan publik, menghasilkan penelitian kritis, dan membangun lembaga pemikir yang sangat dibutuhkan untuk menghasilkan solusi bagi tantangan saat ini.
“Menerapkan Islam” di suatu negara.
Di bagian akhir, Syaikh Haitam Al Haddad pun menitipkan pesan. “Terakhir, saya ingin menambahkan pesan singkat untuk beberapa saudara dan saudari yang dengan mudah mengritik orang-orang seperti Erdogan dan menuduh dia ‘tidak menerapkan Syariah’. Jangan terlalu menyederhanakan saat membahas masalah politik dan hukum yang rumit; tidak pantas seseorang yang dipilih untuk memimpin umat manusia tampil sebagai naif dan mudah tertipu, apalagi semangat mereka dieksploitasi dan dimanipulasi,” katanya.
“Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya. (Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikut setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu).” – QS. An Nisa:83
Implementasi Islam dan Syariah adalah proses kontekstual. Ini adalah bagian dari kejeniusan Syariah Utusan Terakhir (ﷺ), yang memungkinkannya ada dan berkembang di mana saja dan kapan saja, hingga kiamat.
Baca juga: Tragis! Ribuan Tentara Amerika Ramai-Ramai Bunuh Diri
Ini bukan waktunya untuk merinci tentang fenomena syariah. Tetapi cukup untuk mengatakan bahwa jika konteksnya memungkinkan penerapan 20 persen dari aturan Syariah, maka orang yang menerapkan 20 persen itu sebenarnya telah menerapkan 100 persen dari syariah.
Sebagaimana Allah berfirman,
“Bertakwalah kamu kepada Allah sekuat kemampuanmu!...” – QS. At Taghabun:16
Syariah tidak seperti hukum negara modern atau daftar keharusan yang disesuaikan dengan filosofi moral tradisi lainnya, yang mana selalu berakhir dengan kontradiksi atau visi utopis yang dicekik oleh kehidupan nyata. Ini adalah hidup dan tuntunan dinamis yang tak berubah sedemikian rupa sehingga kehilangan identitasnya. Tetapi, syariah ini pada saat yang sama dapat beradaptasi dengan waktu dan tempat mana pun.
Semoga Allah memberi taufiq kepada kita semua untuk menghidupkan kembali umat dan Islam di kancah internasional. Hal itu akan menjadi kepentingan terbaik, tidak hanya bagi umat, atau bahkan umat manusia pada umumnya, tetapi juga bagi seluruh ciptaan Allah.
Semoga Allah memberikan kedamaian, keberkahan, dan sholawat kepada utusan terakhir, Muhammad ﷺ, beserta keluarga, sahabat, dan para pengikutnya.
(Sumber: Islam21c.com)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!