Dalam sirah, taktik perang yang paling mendasar adalah penanaman jihad serta menciptakan pasukan yang lebih mencintai kematian daripada kehidupan. Sebagaimana dalam Perang Badar Rasulullah bersabda kepada para sahabatnya. "Bangkitlah menuju surga yang luasnya seluas langit dan bumi".
Begitulah ruh para mujahid diisi. Jiwa mereka dikenyangkan dengan kisah-kisah heroik perjuangan Rasulullah, para sahabat, dan para pejuang Islam dalam membebaskan kota-kota dari kebatilan dan kezaliman. Ketika jiwanya sudah terisi dengan jihad, maka kenikmatan dunia dan kepedihan dunia menjadi hal yang tidak terlalu berarti bagi mereka.
Taktik selanjutnya adalah menyampaikan berita gembira dari Rasulullah mengenai kenikmatan mati syahid. Kabar ini bisa menjadi obat penenang bagi jiwa-jiwa yang sedikit gentar dan gamang.
" Tidak ada seorang pun yang telah masuk surga lalu ia suka bila kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi, kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia melihat keistimewaan (mati syahid)." (HR. Al-Bukhari)
Berita ini sudah cukup membuat mereka merindukan syahid dan menghilangkan rasa gentar dan gamang di dalam hatinya. Landasan para Pejuang Gaza berperang adalah landasan langsung dari Allah.
"Diizinkan berperang bagi orang yang diperangi, karena sesungguhnya mereka dizalami. Dan sungguh, Allah Mahakuasa menolong mereka itu." – QS. al-Hajj : 39
Maka landasan ini sudah cukup bagi mereka untuk berperang dijalan Allah dan mereka tahu Allah adalah sebaik-baiknya pemenuh janji.
Taktik selanjutnya adalah cara menyikapi musuh ketika di medan perang.
"Maka apabila kamu bertemu dengan orang-orang kafir di medan perang, maka pukulan batang leher mereka" – QS. Muhammad : 4
Dalam medis dijelaskan bahwa cedera leher adalah cidera yang sangat fatal, karena dapat mengakibatkan kelumpuhan bahkan kematian. Allah adalah Pencipta dan Ia paling tahu titik lemah dari makhluk ciptaanNya.
Baca Juga : Taktik Perang Pasukan Gaza (Bagian 1)
Selanjutnya ayat ini disambung dengan "Apabila kamu telah mengalahkan mereka, tahanlah mereka, dan setelah itu kamu boleh membebaskan mereka atau menerima tebusan, sampai perang selesai." Walaupun ada sebagian pengamat yang menyayangkan tindakan Hamas ini (menyandra warga sipil ilegal) karena mereka khawatir tindakan ini bisa dijadikan bahan propaganda Zionis menjatuhkan Hamas di dunia Internasional.
Namum, hal itu tidak membuat mereka gentar, karena mereka hanya ingin tunduk terhadap hukumnya Allah. Dan ternyata benarlah adanya, ketika mereka berhukum kepada hukumnya Allah, maka Allah bukakan tabir kebenaran. Hamas berhasil menarik perhatian dunia Internasional ketika membebaskan tahanan tanpa syarat karena alasan kesehatan. Videonya sangat viral bahkan beberapa kali dihapus oleh pihak intagram. Di sana terlihat jelas lembutnya sikap para Pejuang terhadap warga sipil yang lemah. Zionis juga mendapatkan kecaman hebat dari pendukungnya karena tidak mampu memperhatikan keselamatan rakyatnya bahkan mereka rela membunuh warganya sendiri. Dilaporkan 60 tahanan telah meninggal akibat bom yang diluncurkan Zionis kepemukiman Gaza.
Ayat ini ditutup dengan
"Demikianlah, dan sekiranya Allah menghendaki, niscaya Dia membinasakan mereka, tetapi Dia hendak menguji kamu satu sama lain. Dan orang-orang yang gugur dijalan Allah, Allah tidak menyia-nyiakan amal mereka" – QS. Muhammad : 4
Allah mengajarkan cara berperang sekaligus memberikan penghargaan langsung bagi yang bersungguh-sungguh karena Nya dan menjelaskan bahwa ini adalah ujian-ujian dari Allah dalam rangka mengetahui tingkat keimanan hamba-hamba Nya.
Taktik selanjutnya adalah merekrut pejuang HAMAS yang memenuhi standar keimanan, standar yang dilandaskan atas ketakwaan terhadap Allah. Taktik ini mampu membuat Mujahidin unggul 10 kali lipat, keunggulan ini sudah mampu menjadikan jumlah yang sedikit mengalahkan jumlah yang banyak.
" Wahai Nabi, kobarkanlah semangat para mukmin untuk berperang, jika ada dua puluh orang sabar di antaramu, niscaya mereka akan dapat mengalahkan dua ratus orang musuh. Dan jika ada seratus orang yang sabar di antara mu, niscaya mereka dapat mengalahkan seribu daripada orang kafir, disebabkan orang-orang kafir itu kaum yang tidak mengerti" – al-Anfal : 65
Mereka tidak butuh kuantitas karena Allah telah menjelaskan kualitas lebih menguatkan. Sebagaimana perang Hunain, kaum Muslimin sempat dikalahkan dan diantara sebabnya adalah kaum Muslimin merasa bangga dengan jumlah mereka yang banyak, para pemuda bergerak tanpa senjata dan persiapan yang memadai, mereka hanya berbekal semangat dan cenderung tergesa-gesa, dan pasukan Muslimin banyak diisi oleh orang-orang yang baru memeluk islam, mereka masih lemah imannya sehingga menyebabkan kekacauan formasi pasukan dan lari dari medan pertempuran.
Untuk itu HAMAS sangat memperhatikan kualitas prajuritnya. Kualitasnya didasarkan pada Hafalan Qurannya, hafalan hadist-hadist arba'innya, shalatnya berjamaahnya, ibadah sunnahnya seperti tahajud, puasa sunnah, dan dzikirnya. Kriteria inilah yang membedakan pasukan biasa dengan pasukan Al-Qassam.
Baca Juga : Strategi Zionis Israel Lakukan Genosida: Bikin Rakyat Palestina Mati Kelaparan
Taktik selanjutnya adalah hadir di dalam arena peperarangan lebih awal. Sebagaimana Rasulullah dan para sahabat hadir ke Badar lebih dahulu, sehingga mereka bisa memilih tempat strategis seperti menempati sumber mata air dan mengeringkan sumur-sumur yang lain.
Hadir lebih dulu berarti mempersiapkan lebih awal dan memahami medan lebih baik. Itulah yang di lakukan pasukan Al-Qassam, dari video-video dan berita yang tersebar terlihat jelas penguasaan medan perang yang sangat baik. Mereka hadir untuk menembaki dan menghancurkan namun menghilang bagaikan angin.
Mereka dapat menghilang sebelum bayangan mereka muncul. Begitulah yang dirasakan tentara Zionis, dengan menangis mereka mengatakan kami seperti melawan "hantu". Mereka hanya melihat kehancuran tanpa sadar kapan kehadiran prajurit. Jika para sahabat dalam perang Badar menggali kolam besar di dekat mata air dan mengeringkan sumur-sumur yang lain, maka pejuang Hamas membangun terowongan terowongan untuk mengelabui militer Zionis.
Taktik selanjutnya adalah melakukan perjanjian dengan berbagai pihak dan kalangan. Sebagaimana Rasulullah pernah melakukan perjanjian dengan Bani Dhamrah dan Bani Juhainah. Perjanjian dengan Bani Dhamrah memastikan mereka bersikap netral ketika terjadi konflik bersenjata antara penduduk Makkah dan Madinah. Kawasan Bani Damrah memiliki nilai yang strategis secara militer antara kaum muslimin dengan kaum Quraisy karena ini adalah jalur perdagangan khafilah dagang Quraisy. Dr. Ali Muhammad Ash-Shallabi menjelaskan bahwa perjanjian ini menunjukkan adanya siyasah syari'yah (politik syar'i) membentuk aliansi militer, ekonomi, maupun perdagangan dengan semua blok yang ada. Namun dalam aliansi seperti ini kaum muslimin harus menjadi penentu dan pemutus perkara. Dan Koalisi seperti ini memungkinkan sekutu saling memberikan pertolongan baik berupa senjata maupun prajurit. Jika saja Nabi pernah melakukan koalisi seperti ini maka ketika HAMAS mendapatkan bantuan yang beraliansi dengan kelompok-kelompok Syiah maka hal ini hanyalah sebatas politik saja. Bukan berarti HAMAS adalah bagian dari mereka. Sebagaimana banyak berita yang sengaja mengatakan HAMAS Syiah karena ingin menjatuhkannya.
Perjanjian dengan Bani Juhainah juga pernah Rasulullah lakukan. Dan perjanjian ini termasuk bagian dari taktik militer Rasulullah. Akibat dari perjanjian ini kaum Muslimin dan kaum Quraisy mendapatkan penengah sehingga mencegah terjadinya perang antara kaum Muslimin yang dipimpin oleh Hamzah bin Abdul Muthalib dan kaum kafir Makkah yang dipimpin oleh Abu Jahal bin Hisyam. Taktik perang ini juga digunakan petinggi Palestina, mereka mencoba mencari dukungan politik dengan negara-negara lain guna menjadi penengah dan mengecam tindakan Zionis terhadap rakyat Palestina.
Taktik terakhir adalah taktik yang dikagumi oleh Fayez Al-Duwairi seorang pakar militer, yang disiarkan melalui Al-jazeera, beliau mengomentari seorang pejuang yang tidak menggunakan pakaian militer dan tanpa dilengkapi pelindung apapun bergerak maju membawa roket Al-Yassin mendekati sebuah tank berbobot 60 ton yang dihuni oleh 4 regu tembak yang diklaim terbaik di dunia.
Pejuang itu mampu bergerak mendekat hingga pada jarak 50 meter. Pergerakannya bukanlah pergerakan sembarangan. Ia adalah seseorang yang mempunyai pengetahuan militer, ia bergerak dengan keberanian dan ketelitian. Orang seperti ini bahkan sangat sulit ditemukan di pasukan khusus PBB, bahkan ia lebih unggul dari individu manapun di pasukan khusus manapun di dunia. Dari penjabaran ini, sangat terlihat Fayez Al-Duwairi merasa sangat kagum dengan apa yang telah dilihatnya.
Baca Juga : Menang dengan Kekuatan Minimal
Taktik ini sebenarnya adalah taktik yang diserukan Rasulullah kepada sahabat ketika perang Badar "Tahanlah anak panah kalian (sampai dekat dengan musuh)". Rasulullah mengetahui taktik ini tanpa harus belajar dan masuk akademi militer. Taktik ini dikenal sebagai taktik menahan senjata, yakni hanya menembak pada jarak efektif dari suatu senjata. Bahkan dalam perang masih berlaku hukum mubazir, karena bertindak mubazir dapat membuat senjata terbuang percuma. Al-Yassin 105 diketahui memiliki jarak efektif 100 meter maka dari itu pejuang harus mendekati tank-tank baja Zionis agar dapat menghasilkan daya ledak yang maksimal.
Nama Al-Yassin sendiri diambil dari seorang pejuang yang paling ditakuti Zionis, Syeikh Ahmad Yassin. Ia adalah pendiri HAMAS yang telah syahid dihantam 3 roket Zionis seusai shalat subuh. Seorang yang hanya menggunakan kursi roda. Namun pemikirannya dapat berlari kencang sebagaimana kencangnya roket Al-Yassin 105.
Ketika roket-roket itu melesat kencang para jarak efektifnya. Maka lemparan itu akan menghasilka kehancuran dahsyat dan ketakutan yang luar biasa dipihak musuh. Taktik yang dipakai pasukan Al-Qassam ini adalah taktik yang hanya bisa dilakukan oleh seorang Muslim yang sangat yakin dengan firman Allah.
"Maka (sebenarnya) bukan kamu yang membunuh mereka, melainkan Allah yang membunuh mereka, dan bukan engkau yang melempar ketika engkau melempar, tetapi Allah yang melempar. (Allah berbuat demikian untuk membinasakan mereka) dan untuk memberi kemenangan kepada orang-orang mukmin, dengan kemenangan yang baik. Sungguh, Allah Maha Mendengar, Maha Mengetahui" – QS. al-Anfal : 17
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!