Untuk memenuhi pasar mobil listrik yang didorong agar berkembang oleh pemerintah yang salah satunya lewat wacana subsidi kendaraan listrik, diperlukan bahan baku baterai sebagai komponen utama. Selain baterai lithium-ion yang dominan saat ini, ada baterai berbasis nikel seperti pada mesin hybrid milik Toyota Zenix. Mobil listrik dianggap sebagai simbol energi bersih bebas gas emisi.
Berdasar pada kajian Narasi TV, Nikel selalu dijanjikan oleh Jokowi dan Luhut kepada investor asing sebagai komoditas yang terkait dengan energi hijau dan bahan baku baterai kendaraan listrik. Namun, penelitian yang dilakukan oleh tim narasi newsroom menemukan masalah lingkungan dan sosial dalam eksplorasi tambang nikel di Kepulauan Maluku Utara. Selain itu, Indonesia merupakan penghasil nikel terbesar kedua di dunia setelah Cina, namun produksi logam nikel kita kalah karena kurangnya jumlah smelter.
Untuk mengatasi hal ini, Jokowi melakukan program hilirisasi nikel dengan aturan larangan ekspor bijih nikel yang mewajibkan bijih tersebut diolah menjadi logam di smelter milik perusahaan besar. Namun, sebagian besar smelter nikel di Indonesia dimiliki oleh perusahaan Cina, sehingga Cina memiliki kendali penuh atas ekspor nikel di Indonesia. Selain itu, polemik juga terkait dengan isu pencemaran lingkungan yang terjadi di sekitar pabrik-pabrik nikel. Pencemaran laut, limbah, dan tailing tambang nikel mengakibatkan kerusakan ekosistem laut dan keracunan pada ikan di perairan sekitarnya. Hasil penelitian menunjukkan kerusakan sel jaringan ikan yang disebabkan oleh polusi logam berat, termasuk nikel.
Ada satu jenis baterai yang berpotensi memiliki efisiensi produksi dan cocok di Indonesia yang merupakan negara kepulauan, yaitu iodin. Baterai iodin, juga dikenal sebagai baterai iodin-ion, adalah jenis baterai yang menggunakan garam iodium sebagai elektrolit dalam reaksi kimianya. Meskipun belum umum digunakan dalam kendaraan listrik, baterai iodin menawarkan beberapa keuntungan potensial yang menarik.
Baterai iodin memiliki kapasitas energi yang relatif tinggi. Ini berarti bahwa baterai tersebut dapat menyimpan energi dalam jumlah yang signifikan, yang penting untuk memberikan jangkauan yang memadai bagi mobil listrik.
Salah satu PR (Pekerjaan Rumah) baterai lithium-ion adalah ketahanan yang rendah terhadap termal panas. Baterai iodin memiliki stabilitas termal yang baik. Mereka lebih tahan terhadap suhu tinggi daripada beberapa jenis baterai lainnya. Hal ini dapat menjadi keuntungan dalam lingkungan kendaraan yang menghasilkan panas signifikan.
Production cost tentu menjadi pertimbangan dalam menjaga efisiensi industri. Salah satu potensi keuntungan baterai iodin adalah biayanya yang relatif rendah. Garam iodium yang digunakan sebagai bahan utama dalam elektrolit baterai ini lebih murah dan lebih mudah diakses dibandingkan beberapa bahan kimia yang digunakan dalam baterai litium-ion seperti cobalt oxide atau iron phosphate. Ini dapat berpotensi mengurangi biaya produksi baterai dan, pada hilirnya membuat mobil listrik lebih terjangkau.
Problem baterai adalah problem lingkungan. Mulai dari proses pertambangan sampai ketika menjadi limbah berpotensi mencemari lingkungan. Menjadi ironi saat penggunaan mobil listrik dengan dalih menjaga lingkungan, tapi proses produksinya tidak sejalan. Baterai iodin menggunakan garam iodium sebagai bahan utama dalam elektrolitnya, yang merupakan bahan yang relatif aman dan dapat diperoleh dengan lebih mudah daripada beberapa bahan kimia yang digunakan dalam baterai lain. Selain itu, garam iodium adalah bahan yang dapat didaur ulang dan ramah lingkungan, yang mendukung aspek keberlanjutan dalam industri mobil listrik.
Meskipun baterai iodin menawarkan sejumlah potensi keuntungan, ada tantangan dan kendala yang harus diatasi sebelum dapat digunakan secara luas dalam mobil listrik. Beberapa di antaranya meliputi kecepatan pengisian yang lambat dibandingkan dengan baterai litium-ion, stabilitas siklus pengisian-ulang yang perlu ditingkatkan, serta skalabilitas produksi dalam jumlah besar.
Namun, riset dan pengembangan terus berlanjut dalam bidang baterai iodin, dan kemajuan dapat dicapai untuk mengatasi kendala tersebut. Dalam beberapa tahun mendatang, baterai iodin dapat menjadi opsi yang menarik dan berpotensi mengisi kebutuhan pasar kendaraan listrik yang terus berkembang.
Dengan perkembangan teknologi baterai yang terus berlanjut, baterai iodin mungkin dapat memberikan alternatif yang menarik untuk memperluas pasar kendaraan listrik dan meningkatkan kinerja dan keberlanjutan mobil listrik di masa depan. Jika dengan potensi ini pemerintah masih memaksakan nikel, mungkin memang bukan tentang energi bersih. Tapi… (?)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!