Pasca perang Ukraina, geopolitik dunia berubah dengan cepat. Amerika Serikat dan dunia Barat tidak lagi menjadi adidaya penentu satu-satu kebijakan dunia. Muncul kekuatan baru secara ekonomi, politik, maupun militer.
Geopolitik dunia sekarang terlihat dari pasca keberhasilan Hamas dan gerakan perlawanan menerobos batas daerah pendudukan Israel tanpa terdeteksi intelijen penjajah Israel. Namun, saat geopolitik dunia sudah berubah, penjajah Israel tetap tak pernah berubah. Mungkin ini yang dimaksud oleh Allah SWT di sejumlah ayat Al Qur'an, bahwa mata, telinga, dan hati mereka telah terkunci.
Fakta bahwa rakyat Palestina semakin kuat dengan tetap bertahan dan terus melakukan perlawanan juga tak pernah menyadarkan penjajah Israel. Bahasa mereka hanya satu: membumihanguskan rakyat dan menghapuskan peta Palestina. Sikap seperti ini sepertinya sangat bisa berhasil dengan kekuatan militer tercanggihnya. Namun, faktanya justru mengubah peta geopolitik dunia bagi pandangan masyarakat internasional.
Baca Juga : Ulama Uighur Berkata, “Palestina Adalah Alasan kami”
Perang informasi telah berubah dari asimetris menuju simetris. Penjajah Israel yang didukung media massa Barat, dahulunya menguasai pemberitaan melalui kantor beritanya yang menjadi rujukan dan sumber pemberitaan bagi pers negara-negara dunia ketiga. Sekarang mulai ada referensi lain, semisal dari Aljazerah. Hadirnya media sosial pun lantas menjadikan setiap orang menjadi pewarta berita, bahkan diyakini lebih dipercayai dari kantor berita itu sendiri.
Terkuatnya beberapa kebohongan pemberitaan Amerika dan penjajah Israel terlihat dari gempuran serangan opini ke Presiden Amerika, Joe Biden, saat menginformasikan telah terjadi pemenggalan bayi oleh Hamas. Akhirnya, pihak Kepresidenan Amerika Serikat mengakui kesalahan berita tersebut. Begitu pula saat penjajah Israel memberitakan bahwa roket Jihad Islam adalah penyebab ledakan di rumah sakit yang menewaskan lebih dari 500 orang, yang dibantah oleh AlJazerah. Akhirnya terbukti, Rumah Sakit tersebut diserang oleh roket penjajah Israel.
Di dalam sekala regional, sejumlah kelompok perlawanan dari Yaman, Lebanon, Iraq, dan Suriah, melakukan perlawanan ke daerah pendudukan Israel untuk men-support rakyat Palestina. Hal itu juga terlihat saat petinggi Hamas, Jihad Islam, telah bertemu dengan Hizbullah, untuk menyatukan langkah perlawanan terhadap penjajah Israel. Israel yang dahulu membuat tembok perbatasan yang kokoh agar rakyat Palestina yang berada di pengungsian tidak kembali ke tanah Palestina, sekarang tembok itu telah berubah menjadi penjara bagi penjajah Israel yang berada dalam kepungan kelompok perlawanan.
Iran sudah menyatakan akan meluncurkan rudalnya ke pendudukan Israel jika penjajah Israel menyerbu Gaza dengan pasukan daratnya. Turki telah memutuskan kontrak secara sepihak tentang perjanjian pengiriman gas dari Turki. Turki juga menyatakan akan terjadi perang dunia jika Israel mengerahkan pasukan daratnya ke Gaza. Qatar terus mengancam, negara yang mendukung serangan darat Israel akan diputus pasokan gasnya.
Baca Juga : Geopolitik Palestina, Cermin Geopolitik Muslimin dan Dunia
Amerika Serikat kalah telak di Dewan Keamanan PBB. Saat PBB mengajukan Resolusi Jeda Kemanusiaan untuk membantu rakyat Palestina di Gaza akibat blokade dan bombardir rudal penjajah Israel, hanya Amerika saja yang memveto resolusi itu. Saat Amerika merancang Resolusi PBB yang mengizinkan serangan darat penjajah Israel ke Gaza, resolusi itu segera ditolak oleh Rusia dan Cina. Soal Palestina, Amerika mulai terpojok.
Masyarakat internasional mendukung Palestina. Hal itu terbukti dari ragam saluran yang bisa digunakan untuk menyampaikan aspirasi pembelaan terhadap rakyat Palestina yang terus bermunculan. Tidak hanya demonstrasi saja. Bahkan, momentum pertandingan sepak bola pun bisa digunakan untuk mendukung Palestina. Geopolitik dunia telah berubah, Palestina tidak sendirian lagi?
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!