Di era pertama pemerintahannya di tahun ‘90-an, pemerintah Islam Taliban telah melarang pertanian opium di semua wilayah yang dikuasai Imarah. Pelarangan itu berdasarkan instruksi Amirul Mukminin Mulla Muhammad Umar rahimahullah. Kebijakan itu lantas membuat produksi opium dan ganja di sana menurun sampai 0% kala itu. Hal ini merupakan keberhasilan luar biasa. Apalagi, bahaya bahan narkotika ini sangat buruk sekaligus bertentangan dengan nilai-nilai keislaman.
Tetapi setelah jatuhnya pemerintahan Imarah Islam (Taliban) tahun 2001 dan Amerika menjajah Afghanistan, penanaman khasykhasy (poppy) kembali marak. Poppy itulah tanaman yang akan mengeluarkan opium sebagai bahan baku utama pembuatan heroin. Pertanian poppy semakin marak dan tak terkendali, sehingga narkotika kembali merajai negeri, menambah jumlah pecandu hingga membuat negara ini menjadi ibukota para pecandu di jantung Asia.
Jumlah penduduk Afghanistan adalah 40 juta jiwa. Yang menjadi pecandu narkotika mencapai 3,5 juta orang. Para pecandu ini biasa berkumpul di Pul-e-sukhta, jembatan terkenal yang sering disebut dalam berbagai tulisan. Tempat ini didatangi sedikit demi sedikit sehingga menjadi kuburan massal dan memberi bencana kemanusiaan sekaligus aib di kening pemerintah penjajah dan rezim masa lalu.
Baca Juga : Masa depan Afghanistan setelah 20 Tahun Pendudukan Amerika Serikat
Di era dua puluh tahun lalu, Afghanistan menjadi pusat penanaman poppy sedunia. Di dalam naungan penjajah Amerika, Afghanistan menjadi produsen terbesar narkotika, khususnya opium dan ganja. Bahkan tak berlebihan jika disebut menjadi negara narkotika. Semua itu tak lepas dari peran penjajah yang masuk ke negeri ini dengan dalil memerangi terorisme dan membangun Afghanistan.
Mereka melakukan kampanye palsu membangun Afghanistan. Padahal, sebenarnya mereka menghancurkan kehidupan generasi dan wanita dengan menjaring mereka menjadi pecandu narkotika. Mereka menyulap jembatan-jembatan di kota-kota, khususnya Kabul, menjadi tempat nongkrong para pecandu. Selanjutnya, dijadikan kuburan masal buat mereka di bawah jembatan tersebut, karena banyak yang mati akibat over dosis.
Para penjajah ini sengaja menyebarkan narkotika ke seantero negeri karena sikap permusuhan mereka kepada kaum muslimin, supaya para pemuda meninggalkan peperangan membela tanah air dan jadi tidak peduli dengan masa depan dan agama mereka sendiri, sampai mereka mati dalam diam dan dikubur di tempat mereka mati. Dari itulah, Imarah Islam melarang penanaman semua sumber narkotika yang sempat merajalela di beberapa puluh tahun lalu.
Itu sebuah usaha yang terlihat mustahil, tetapi dengan keyakinan dan ketekunan disertai rasa tanggung jawab, akhirnya hal yang mustahil itu bisa dilalui dengan mudah. Bulan April tahun 2022 Imarah telah mengeluarkan intruksi yang melarang pembudidayaan poppy, dan memerangi semua bentuk perdagangan narkotika dengan segala efek buruknya yang destruktif. Sekalipun ini menjadi salah satu penopang ekonomi Afghanistan dan sumber devisa negara.
Sejauh ini, pemerintah Imarah Islam Afghanistan mengalami kemajuan besar dalam usaha pemberantasan narkotika, sebagaimana ditemukan fakta bahwa instruksi negara membuat banyak kemunduran bagi pertanian poppy di banyak daerah penghasil utama, sampai 80 % tahun lalu.Meski ada pelarangan poppy, dengan izin Allah tidak terjadi penurunan nilai mata uang Afghan terhadap dollar Amerika. Ekonomi negara pun tidak terganggu, sebagaimana yang dinyatakan oleh bank dunia.
Baca Juga : Di Bawah Taliban, Afghanistan Perbaiki Ekonomi setelah 20 Tahun Pendudukan Amerika Serikat
Itu menunjukkan betapa baiknya sistem yang dijalankan Imarah untuk mengatur negara tanpa mengotori bangsa dengan rusaknya keuangan. Inilah sebuah ketetapan yang bijaksana yang menunjukkan bahwa pemerintahan ini sangat mencintai generasi mudanya, menyayangi anak-anak dan wanita, bukan hanya di Afghnaistan tetapi kemanusiaan secara umum. Sebab, pemberantasan narkotika akan menyelamatkan semua bangsa.
Pemerintah Imarah Islam Afghanistan dengan tegas menyatakan sikap terhadap peredaran dan perdagangan narkotika sejak konferensi pers pertama di Kabul setelah mereka memegang kendali kekuasaan. Perang terhadap narkotika itu pun akan terus berlangsung dengan izin Allah, dan pemerintah Taliban meyakinkan dunia bahwa Afghanistan tidak akan menjadi pusat produksi narkoba jenis apapun. Selanjutnya, pemerintah meminta masyarakat internasional mendukung para petani Afghanistan dengan mencarikan komoditas pengganti agar mereka tetap bertahan hidup.
Sumber: Majalah Ash-Shumud edisi 2011, Agustus 2023
Penulis: Ya’qub Al-Helmandi (Veteran Perang dan Jurnalis Majalah Ash-Shumud Afghanistan)
Penerjemah: Anshari Taslim
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!