Ketika Ingatan Umat Islam pada Keagungan Peradaban Islam Dihapus

Ketika Ingatan Umat Islam pada Keagungan Peradaban Islam Dihapus
Photo by NEOM on Unsplash

Di Romawi ada kebijakan yang disahkan oleh konstitusi bernama Domnatio Memoriae. Lewat kebijakan itu, senat diperbolehkan menjatuhkan “Hukuman atas ingatan”. Hukuman tersebut bisa jadi adalah impact dari berbagai faktor. Bisa jadi ketidak sukaan senat kepada seseorang, bisa jadi ketidak sukaan senat kepada karya seseorang, bisa jadi pula dilandasi alasan untuk mengekalkan kekuasaan lingkaran mereka.

Penting memang untuk didalami, mengapa kekuasaan dapat digunakan untuk menghancurkan satu individu atau kelompok dikarenakan pikiran-pikiran mereka, juga hasil karya mereka. Sebagai contoh, tidak ada dan belum ada satu alasan tunggal untuk mengisolasi seseorang dari dunia luar dan lingkungan. Pasti sebabnya berlapis dan beragam.

Hal ini juga pernah dirasakan, semisal oleh Kartosuwirjo. Semua kerja keras dan usaha dirinya untuk membantu kemerdekaan Indonesia dihilangkan karena satu peristiwa yang sebenarnya asbabul nuzul dari peristiwa tersebut pun masih menjadi misteri, yaitu tentang alasan mengapa dirinya melawan pemerintah saat itu.

Bagi para otoriteris, menghancurkan ingatan dan mengisolasi si pelaku adalah wajar adanya, tanpa perlu melihat hak-hak mereka yang diasingkan dari dunia luar, baik pikiran maupun karyanya.

Penghancuran atas ingatan, menurut pustakawan asal Venezuela, Fernando Baez, dalam bukunya “Historia universal de la destruccion de libros”, selalu dilakukan lewat proses. “Penghancuran ingatan selalu melalui fase-fase melankolik. Pembatasan, Peminggiran, Penyensoran, penjarahan, dan terakhir Penghancuran,” katanya.

Dan, penghancuran ingatan itu tersistematis. Buya Hamka menulis satir tentang kondisi umat ini. Ia dalam bukunya mengumpamakan orang-orang Mesir lebih bangga dengan piramida daripada kedasyahtan peradaban Islam yang ada di Mesir.

Baca juga: Baghyi Sebagai Penyebab Perpecahan Antar Orang Alim

Atau seperti ungkapan ulama kharismatik asal India, Allahuyarham Syaikh Hassan An-Nadwi, yang pernah menggemparkan dunia, terkhusus dunia Islam, saat ia menerbitkan buku yang berjudul “Madha khasira al-'alam bhinkhitat al -muslimum” (Apa kerugian dunia atas kemunduran umat Islam). Di dalam analisnya, ia menyampaikan grand design umat ini, memang dicipta sebagai pemimpin. Namun, faktor utama yang membuat janji Allah itu hampa dan belum terlaksana adalah karena umat ini meninggalkan syarat utama untuk kebangkitan tersebut, yaitu menjadi Islam yang utuh.

But no problem. And now let's open a new page. Tidak ada kata terlambat untuk memulai sesuatu yang lebih baik. Pertama, mari sadari, Allah menyuruh kita untuk menggali kisah-kisah terdahulu, bertujuan untuk pelajaran sekaligus sebagai wake up call untuk umat ini. Sebagaimana Allah berfirman, “wal tanzur nafsun maa qaddamat lighad” (QS 59:18). Perhatikanlah sejarahmu, untuk masa depanmu.

Kita pernah hebat baik sebagai satu bangunan peradaban maupun individu-individu yang dihasilkan oleh peradaban itu. Ya, tetapi sekarang semua hilang. Parit-parit ingatan itu mesti digali lebih dalam.

Namun, titik pisah kita umat Islam bukan seperti para filsuf yang tak percaya Tuhan, yang dengan enteng berkata “membakar masa lalu untuk merombak masa kini”. Tetapi kita umat Islam percaya, sejarah atau masa lalu adalah parit-parit untuk kemajuan.

Proses untuk mengembalikan kejayaan peradaban itu tentu perlu jadi prioritas semua muslim di dunia ini, tanpa terkecuali. Menggali sedikit demi sedikit parit-parit keemasan era peradaban Islam terdahulu adalah di antara jalan yang perlu kita tempuh.

Seorang kawan berkata, sekarang gelombang penghafal Al Qur'an di Turki semakin merebak. Sebab, di dalam jiwa-jiwa anak muda mereka sudah kembali gen Al-Fatih dan Shalahudin Al-Ayyubi. Jika kita cermati, asbab gelombang itu terjadi ialah buah dari keberhasilan dari satu kepemimpinan yang berpihak untuk membangkitan sejarah.

Baca juga: Ya Rasulullah, Ini Wahyu atau Siasat Perang? Ini Siasat Perang!

Tentang sejarah, pasca hegemoni Uni Soviet runtuh, dunia ini secara tunggal diatur oleh adidaya Amerika Serikat dan sekutunya. Apalagi persis pasca peristiwa 9-11 di Amerika. Tentu kita sebagai muslim mengutuk keras perbuatan pada 11 September 2001 itu, sebab agama Islam tidak mengajarkan model itu.

Namun, sebagai insan, sifat qur'ani-nya Allah ciptakan sebagai orang-orang yang ulil abshor (punya pandangan luas). Juga berulang kali Allah sebutkan kata berpikir.

Tentu, pembacaan utuh amat sang perlu. Dan kata “bias” atau standar ganda perlu kita sematkan pada agenda penghapusan ingatan dari masa keemasan peradaban Islam. Mari kita mengingat apa saja kontribusi Islam, baik berupa bangunan, peradaban ataupun individu.

Banyak Sumbangsih Peradaban Islam

Tahukah kita bahwa saat ini ada 4,6 Miliar handphone yang beredar? Jika satu orang di dunia memiliki dua handphone, maka total pemilik handphone adalah 2,3 miliar manusia. Bukan soal jumlah yang ingin penulis bahas kali ini. Namun, mari kita selami siapa yang paling berjasa pada penemuan teknologi yang paling berguna saat ini.

Dasar dari pembuatan teknologi yang acap kali kita sebut kini sebagai smartphone adalah algoritma. Siapa penemu ilmu dasar itu? Apakah Bill Gates? Apakah Jeff Bezos?

Bukan. Penemu ilmu dasar algoritma itu adalah seorang muslim, Muḥammad bin Mūsā al-Khwārizmī al-majousī al-katarbalī atau sering disebut oleh kalangan barat sebagai Al-Goritmi. Ia adalah seorang penghafal Al Qur'an yang berasal dari kota kecil bernama Khawarizm yang amat terkenal di Uzbekistan tahun 780 M.

Ia hidup di era keemasan Islam di timur, ke-Khalifahan Abbasiyah, yang pusatnya di Baghdad. Dirinya pula adalah anggota tetap Bayt Al-Hikmah, lembaga peradaban yang dibangun oleh Harun Ar-Rasyid.

Baca juga: Menangkal Para Pembisik di Akhir Kekuasaan

Tentu, al-Khwārizmī tidak seterkenal Jeff Bezos ataupun Bill Gates di era modern. Namun, jika dirinya tidak menemukan Ilmu Al-Jabar yang saat ini lantas menjadi dasar hadirnya Algoritma yang digunakan untuk penyusunan teknologi modern (Internet, Robotics, atau lainnya), maka mungkin kita tidak akan mengenal alat yang kita sebut saat ini sebagai handphone. al-Khwārizmī hanyalah salah satu contoh kontribusi abadi individu Islam bagi perkembangan dunia modern saat ini.

Lantas, apa kontribusi Islam sebagai bangunan peradaban bagi dunia modern sekarang? Mari kita menggali ingatan itu. Tak terhitung. Itu jawabannya.

Mulai dari role model kepemimpinan yang adil yang menghimpun semua kelompok maupun agama. Sebelum ada demokrasi yang saat ini diterapkan mayoritas negara di dunia, ada satu prasasti yang saat ini belum bisa ditandingi, bahkan oleh PBB sekalipun. Prasasti itu bernama Piagam Madinah, yang merupakan landasan dasar bagi hadirnya sistem demokrasi sekarang.

Kemudian, sistem kementerian. Sistem yang mayoritas diterapkan oleh seluruh negara itu dan wacana pembentukan kementerian (artian lain pembantu pemimpin) yang terlembagakan itu adalah warisan dari pakar hukum Islam, Imam Al-Mawardi, dengan kitabnya “Al-Ahkam As-Sultaniyah”. Atau buku “Mukaddimah” karangan Sosiolog Islam, Ibnu Khaldun atau Abu Zayd Abdurrahman bin Muhammad bin Khaldun al-Hadrami. Dan, masih banyak lagi sumbangsih peradaban Islam di era modern saat ini.

Kemudian, yang kita perlu pula soroti adalah, faktor penghapusan ingatan itu sebetulnya tidak mutlak berasal dari pihak-pihak yang ketakutan akan kebangkitan kembali peradaban Islam. Namun, sebagian umat muslim pula saat ini terjangkiti penyakit quswatun qulub (kerasnya hati), sehingga memberi ruang kepada musuh abadi umat yang memiliki risalah 'udzma ini, yaitu iblis. Sehingga, kita sebagai individu juga tidak menampakkan identitas sebagai muslim, yang baik akhlaknya, yang bersatu satu sama lain, atau saling membahu jika ada saudara kita yang sedang kesusahan.

Literatur tentang agenda islamophobia tentu sudah begitu banyak. Banyak pula kiat untuk menghindarinya. Secara referensi juga banyak tersaji.

Persoalannya adalah, dari hasil eksplorasi awal dari upaya penghapusan ingatan pada kita umat Islam, bahwa kita masih menjebak diri dengan keenganan menggali parit-parit ingatan itu sampai dasarnya. Sehingga, emas yang selama ini terpendam di dalam kubangan lumpur itu dapat kembali umat angkat dan menyinari lagi bumi ini.

 فَاقْصُصِ الْقَصَصَ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ

Wallahu'alam bisawab.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.