Masihkah Hanya Melaknat Holagu?

Masihkah Hanya Melaknat Holagu?
Masihkah Hanya Melaknat Holagu? / Foto Istimewa

Syekh Muhammad Al-Ghazali menulis buku yang seharusnya dibaca dan direnungkan oleh setiap aktivis dakwah dan politik Islam. Salah satunya adalah buku berjudul "Turatsuna Al-Fikri fii Mizan Asy-Syar' wal 'Aql".

Di dalam buku itu, di halaman 108 sampai 113, Al-Ghazali membuat sebuah sub judul "Bukan hanya (salah) Holagu". Maksudnya Holagu Khan yang menghancurkan Bagdad tahun 656 H.

Beliau mengingatkan bahwa keruntuhan Bagdad itu bukan semata lantaran kekejaman Holagu dan bala tentara Tartarnya, tetapi lebih disebabkan oleh lemahnya rezim Musta'shim yang bergelimang kezaliman terhadap rakyat dan maraknya maksiat.

Maka, Al-Ghazali menukil tulisan pakar sejarah berkebangsaan Persia tetapi muslim sunni yang hidup semasa dengan Ibnu Taimiyah, bernama Rasyiduddin Fadhlullah Al-Hamadzani. Al-Hamadzani yang juga seorang dokter itu menulis buku berbahasa Persia yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Arab dengan judul "Jami’ At-Tawarikh".

Isinya menceritakan bagaimana pertemuan antara Khalifah Al-Musta'shim dengan Holagu yang datang ke Istananya sebagai orang menang perang dan meledek Al-Musta'shim sebagai tuan rumah yang harus menjamu tamu.

Murid Beradab dan Guru yang Insaf
Jangan mengoreksi seseorang, apalagi guru, langsung di depan jamaah. Tunggulah saat empat mata. Itu menunjukkan sikap bijak dan elegan. Sebaliknya, menerima koreksi dari siapa pun dan mengakui serta memuji orang yang telah mengoreksi adalah sebuah sikap teladan.

Apa yang terjadi? Ternyata harta simpanan Al-Musta'shim dan para khalifah sebelumnya berupa emas menggunung dikubur di halaman istana. Sedangkan wanita yang menjadi pendampingnya lebih dari 700, terdiri dari istri dan selebihnya adalah budak wanita (selir), plus seribu orang pembantu (dayang-dayang).

Padahal faktanya, tentara khilafah yang berjuang memertahankan Bagdad kala itu digaji sangat minim, sehingga menurut penuturan Ibnu Katsir dalam "Al Bidayah", sampai menjadi pengemis di pintu masjid agar bisa buat makan demi berperang melawan Tartar. Akhirnya, khalifah celaka ini disindir oleh Holagu, hartamu sebanyak ini sementara tentaramu kau biarkan kelaparan?

Syekh Muhammad Al-Ghazali melanjutkan peringatan Holagu yang bengis dan kafir tetapi jujur kepada Raja Mamalik Saifuddin Qutz, "Kami adalah tentara Allah di bumi untuk melaksanakan murka-Nya. Kami ada untuk menjadi hukuman buat kalian yang banyak makan harta haram, bermaksiat kepada Tuhan, mengingkari perjanjian. Kami kafir menurut kalian, dan kalian fajir (durjana) menurut kami."

Manakah yang Kita Punya?
Ketidakmampuan kita bersikap tegas adalah bukti kita tak sebenar-benarnya mencintai mereka. Sebab, tak mungkin ada cinta tetapi justru terdiam menjerumuskan orang-orang tercintanya kepada penyimpangan.

Mendapat surat itu, Raja Saifuddin Quthz lalu memerintahkan taubat nasional, menggalakkan ibadah dan sedekah, serta mengembalikan semua harta hasil kezaliman. Akhirnya, benar, di 'Ain Jalut mereka berhasil mengalahkan Tartar. Allah memberi kemenangan karena mereka kembali kepada Islam yang benar.

Akhirnya, Syekh Muhammad Al-Ghazali bergumam, "Kalau sudah membaca ini, masihkah hanya melaknat Holagu seorang?!".

Jika kita perhatikan di era ini, mengapa negeri-negeri muslim bisa dipecundangi oleh entitas mini bernama Zionis sehingga mereka bisa mengangkangi semua negara Arab yang kaya dan mampu memerkuat negeri dengan persenjataan nuklir kalau mereka mau? Hal itu tak lain adalah karena sifat wahn seperti yang melanda Al-Musta’shim saat diserang Tartar terulang kembali.

Di saat Gaza dibantai musuh, banyak negeri muslim malah sibuk mengadakan konser dan menghamburkan uang dalam maksiat. Tak ada lagi semangat jihad, kecuali jika kepentingan penguasa terganggu. Ini semua dapat dilihat secara kasat mata, bahkan negeri-negeri kafir saja lebih berani bersuara membela Palestina dibandingkan negeri muslim tetangga.

Belum terlambat untuk kembali, seperti yang dilakukan Saifuddin Qutz penguasa Bani Mamalik, yang mengadakan taubat nasional, dan dengan taubat nasional itulah Allah memberikan mereka pertolongan dengan berhasil mengalahkan tantara Tartar yang belum pernah terkalahkan sebelumnya di ‘Ain Jalut.

Sehingga, di samping banyaknya penguasa yang telah rusak, Allah pasti membangkitkan pejuang pilihan-Nya yang mampu membawa umat mengembalikan kejayaan yang terampas. Tinggal lagi kita sebagai rakyat biasa untuk senantiasa melakukan ikhtiar, menambah ilmu, dan menyemarakkan kegiatan dakwah, sembari tawakkal dengan berbaik sangka kepada Allah bahwa Dia tak akan membiarkan para hamba yang bertakwa dalam keterpurukan, dan bahwa pertolongan Allah itu dekat, sehingga janganlah para pejuang kebenaran sampai putus asa.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.