Penjajah Israel dengan sangat kejam, bengis, dan membabi buta, menghabisi rakyat Palestina. Rumah sakit dan lokasi pengungsian pun dibombardir hingga luluh lantah. Mereka bisa melakukan apa saja. PBB terdiam. Amerika Serikat dan dunia barat merestui. Arab dan dunia Islam hanya jadi penonton. Penjajah Israel menjadi seperti “Tuhan” yang menentukan kematian rakyat Palestina semaunya.
Seperti kisah raja Namrud, yang menjadi penentu kematian seseorang. Jika ingin mematikannya, ia cukup berkata, “Bunuh!” kepada algojonya. Jika mau menghidupkan seseorang, ia cukup berkata, “Jangan bunuh!”, maka selamatlah orang tersebut. Saat “kematian dan kehidupan berada di genggamannya”, siapa yang bisa menghentikannya?
Tetapi simaklah. Nyamuk, makhluk yang lemah, tiba-tiba masuk ke hidungnya. Terus menerobos masuk hingga ke otaknya. Mengisap darahnya hingga nyamuk itu pun membesar. Raja Namrudz merasakan sakit yang luar biasa. Bagaimana cara membunuh nyamuk itu? Dia ambil terompah. Dipukulkan ke kepalanya. Maka, Namrudz pun mati akibat pukulannya sendiri. Sebab kematiannya bukan oleh serbuan pasukan musuh yang hebat perkasa, tetapi ternyata hanya dengan seekor nyamuk.
Fir’aun membunuh bayi-bayi Bani Israel secara membabi buta. Puluhan ribu bayi laki-laki yang ia bunuh. Tak ada yang bisa menyelamatkan bayi-bayi tersebut. Dia kerahkan pasukan secara besar-besaran untuk menjalankan aksinya. Tak ada rumah yang tak dimasukinya.
Baca juga: “Harga” Perlawanan Rakyat Palestina yang “Dibayar” oleh Amerika
Kematian dan kehidupan para bayi berada di tangan Fir’aun. Fir’aun lantas menjadi “Tuhan” penentu kematian dan kehidupan. Tak ada yang bisa menghalanginya. Tak ada yang bisa menundanya. Semua kekuatan di muka bumi seperti tak berdaya.
Lantas apa yang terjadi dengan negeri Mesir? Wabah belalang, katak, dan kutu, menyerbu Mesir. Wabah tersebut membawa penyakit yang membunuh manusia dan hewan ternak di seluruh Mesir. Tiba-tiba, Fir’aun menjadi tak berdaya menghadapi serbuan makhluk kecil yang lemah. Pasukan tempur dan infrastruktur militer pun tak berguna lagi.
Di era Bani Ummayah pada masa khalifah Abdul Malik. Seorang gubernurnya yang bernama Hajjaj Ats Tsaqafi melakukan kezaliman dengan membunuh siapa saja yang dianggap menghalangi kekuasaan Bani Ummayah. Para ulama dan penduduk sipil dibunuhnya. Kematian dan kehidupan berada di tangannya. Dia cukup memerintahkan algojo untuk menentukan kematian seseorang. Bagaimana akhir kesudahannya?
Sesudah membunuh Said bin Jubair, sang gubernur mengalami penyakit insomnia dan paranoid. Tidak bisa tidur dan ketakutan, karena seolah-olah Said bin Jubair datang untuk membalas kematiannya. Hingga dia pun mengalami sakit yang sangat parah.
Jejak sejarah menunjukkan, mereka yang melakukan pembantaian terhadap sipil tanpa ada yang bisa menghalanginya sampai seolah-olah kematian dan kehidupan berada di tangannya, semuanya mati dengan cara yang sama. Yaitu diserang wabah penyakit. Inikah penyebab tentara penjajah Israel diserang wabah penyakit diare akut, sakit mata hingga mengalami kebutaan, serta insomnia dan paranoid yang merupakan bentuk ganguan mental yang parah? Sebagai hukum Sunatullah yang tercatat di Lauhul Mahfudz? Kematian dan penyakit yang sama menanti mereka. Itulah jejak sejarah yang terus berulang.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!