Di era digital yang semakin maju, kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) menjadi pusat perhatian utama. Teknologi ini kini telah merambah berbagai aspek kehidupan. Mulai dari perangkat keras hingga aplikasi sehari-hari.
Melalui beberapa inovasi terbaru dari raksasa teknologi semisal Microsoft dan Google, kita dapat melihat bagaimana AI diintegrasikan secara mendalam ke setiap produk dan layanan mereka. Namun, pertanyaannya, apakah AI memang serba bisa?
Microsoft Copilot Plus PCs: AI di Ujung Jari
Microsoft baru-baru ini mengumumkan peluncuran “Copilot Plus PCs”, sebuah branding baru untuk laptop yang dilengkapi dengan perangkat keras AI. Laptop ini, yang akan dijual oleh semua mitra utama Microsoft seperti Dell, Lenovo, dan HP, dirancang untuk mendukung fitur-fitur AI di seluruh sistem operasi Windows 11.
Dengan memasukkan prosesor neural khusus, laptop ini akan mendukung lebih dari 40 model AI yang berbeda. Salah satu fitur utama yang diperkenalkan adalah “Recall”, yang berfungsi sebagai memori fotografis yang dapat mencari dan menampilkan kembali semua aktivitas pengguna di laptop. Selain itu, AI assistant Copilot juga akan didukung oleh model GPT-4 dari OpenAI, memberikan pengalaman yang lebih responsif dan cerdas bagi pengguna.
Microsoft menggembar-gemborkan bahwa laptop ini akan lebih cepat dan memiliki masa pakai baterai yang lebih lama dibandingkan dengan MacBook Air terbaru. Meskipun demikian, klaim ini masih perlu dibuktikan secara empiris mengingat Copilot Plus PCs baru akan diluncurkan pada 18 Juni 2024.
Baca juga: IoT Bukan Lagi Masa Depan, Kini Ada di Ujung Jari
Google SGE: Revolusi Cara Mencari Informasi
Di sisi lain, Google juga sedang menguji Google Search Generative Experience (SGE), yang merupakan evolusi dari mesin pencari klasik mereka. Google SGE menggunakan AI generatif untuk memberikan jawaban instan dan ringkasan yang langsung sesuai dengan pertanyaan pengguna, tanpa perlu membuka banyak situs web.
Dengan menggunakan model bahasa besar (Large Language Models/LLM) seperti Google MUM dan PaLM, Google SGE dapat memahami dan merespon pertanyaan dalam bahasa percakapan sehari-hari. Ini memungkinkan pengguna mendapatkan informasi dengan lebih cepat dan efisien. Google juga memperkenalkan mode percakapan, di mana pengguna dapat terus bertanya dan mendapatkan jawaban lanjutan. Hal itu membuat pengalaman pencarian lebih interaktif dan alami.
Namun, implementasi AI ini bukan tanpa batasan. Google SGE masih dalam tahap eksperimental dan kadang-kadang memberikan hasil yang tidak konsisten atau bahkan jawaban yang kurang akurat. Selain itu, AI generatif masih rentan terhadap “halusinasi” atau memberikan informasi yang tidak tepat berdasarkan data yang terbatas atau tidak akurat.
Microsoft Copilot: Pembaruan yang Menjanjikan
Tidak hanya dalam perangkat keras, Microsoft juga memperbarui aplikasi Copilot mereka, yang kini lebih mirip dengan ChatGPT. Versi terbaru ini dilengkapi dengan menu vertikal yang menampilkan chat sebelumnya serta opsi Notebook dan Plugin, memberikan fleksibilitas lebih bagi pengguna.
Pembaruan ini juga mencakup versi web Copilot, yang meskipun tampilannya berbeda, masih menawarkan pengalaman pengguna yang sama seperti versi desktop. Versi baru ini diharapkan akan diluncurkan secara luas bersamaan dengan perangkat Copilot Plus pada pertengahan tahun ini.
Baca juga: Anak IT Gak Hanya Hacker, Lho! Kenalan Yuk sama Pekerjaan-Pekerjaan Keren di Dunia Teknologi
Kesimpulan: Apakah AI Serba Bisa?
Inovasi-inovasi ini menunjukkan bahwa AI semakin mampu mengintegrasikan diri ke dalam kehidupan sehari-hari kita, menawarkan berbagai kemudahan dan efisiensi. Namun, meskipun AI menunjukkan potensi besar dalam banyak aspek, klaim bahwa AI serba bisa masih perlu dipertimbangkan dengan hati-hati.
AI, meski pun canggih, masih memiliki batasan dalam hal akurasi dan keandalan. Misalnya, Google SGE masih dalam tahap eksperimen dan kadang memberikan jawaban yang tidak akurat. Demikian pula, klaim kinerja tinggi dari Microsoft Copilot Plus PCs harus diuji lebih lanjut di dunia nyata.
Dengan demikian, meski pun AI dapat meningkatkan produktivitas dan efisiensi, kita harus tetap waspada terhadap keterbatasan dan potensi kesalahan yang dapat terjadi. Pengguna juga perlu terus mengembangkan keterampilan riset mereka dan tidak sepenuhnya bergantung pada jawaban instan dari AI. Teknologi AI adalah alat yang sangat kuat, tetapi penggunaannya yang bijak dan kritis tetap diperlukan untuk optimalkan manfaatnya.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!