Pekan ini, sutradara film nasional, Joko Anwar, merilis film terbarunya, “Siksa Kubur”. Film “Siksa Kubur” dijadwalkan akan tayang di seluruh bioskop Indonesia mulai 11 April 2024. Jokan (sapaan akrab Joko Anwar) berani memberikan tagline “Anda Akan Percaya” pada film ini, karena gagasan yang dibawa sangat padat.
Pengenalan tokoh-tokoh dalam film ini terkesan begitu cepat. Mulai peristiwa bom bunuh diri hingga kedua bersaudara (Sita dan Adil) beranjak dewasa. Hal ini dapat memantik penonton untuk merenung, bahkan hingga akhir film. Dan kerumitan itu terus terjadi hingga menjadi klimaks dalam sepertiga terakhir film “Siksa Kubur”.
Film “Siksa Kubur” mengisahkan lika-liku kehidupan Sita dan keluarganya. Setelah peristiwa bom bunuh diri yang menyebabkan kedua orang tuanya tewas, iman Sita goyah. Ia tak percaya adanya siksa kubur. Keraguannya menyuar. Ia berniat meyakinkan dirinya untuk tidak percaya. Beberapa upaya ia lakukan. Di antaranya mengikuti orang yang (ia anggap) paling berdosa hingga ke kuburannya.
Yang unik, jika dibandingkan film besutan Jokan sebelumnya, “Pengabdi Setan”, film “Siksa Kubur” minim momen jumpscare. Jika dibandingkan sosok ‘Ibu’ di film “Pengabdi Setan”, rias tokoh hantu dalam film “Siksa Kubur” terkesan tidak menyeramkan dan tak membuat terngiang-ngiang setelah menonton. Namun, Jokan dapat membawa suasana horor dari sisi yang lain, yaitu melalui penokohan dan scoring yang apik, sehingga mampu membuat penonton kerap terlonjak kaget.
Film berdurasi 116 menit itu memiliki alur yang sedikit rumit, memicu penonton untuk merenungkan makna tersirat di balik film itu. Beberapa adegan sangat luas membuka ruang interpretasi, bahkan menantang penonton untuk menerka maksud yang ingin disampaikan. Bahkan, hingga tulisan ini dibuat, saya pun masih menerka-nerka apa maksud beberapa adegan akhir yang ditayangkan dalam film “Siksa Kubur”.
Baca juga: Joko Anwar: Film “Siksa Kubur” Risetnya Berdasarkan Hadis
Interpretasi beragam, terbangun dari persepsi masing-masing penonton yang berbeda-beda dalam membedah film ini. Berbeda dengan film horor lain yang pada umumnya lebih menekankan aspek horor dan ketegangan itu sendiri. Jokan memberikan porsi lebih atas gagasan. Dan ini menjadi harapan kelak untuk kondisi industri film horor yang sedang ramai di Indonesia.
Jangan heran jika selepas film ini tayang di bioskop kelak, perhelatan diskursus bakal terjadi. Tagline “Anda Akan Percaya” merupakan langkah yang sangat berani sekaligus provokatif. Sebab, ia diangkat di tengah-tengah kondisi masyarakat Indonesia yang memiliki keyakinan sangat beragam. Seperti kata Jokan saat ditanya awak media di acara Press Conference dan Preview film ini, di Rasuna Said, Jakarta Selatan, Rabu (3/4/2024), “Sepertiga terakhir, interpretasi diberikan kepada penonton”.
Lagi-lagi, film ini berbeda dengan film horor pada umumnya. Creepy bercampur kebingungan menjadi satu. Perlu perenungan dan sikap kritis untuk benar-benar menikmati film ini. Jokan mengajak penonton merenung dan menemukan interpretasi, apakah siksa kubur itu nyata. Bagi yang berpikir siksa kubur itu tidak nyata, apakah ia siap untuk menghadapinya jika ternyata siksa kubur benar-benar ada? Sebaliknya, mereka yang berpikir siksa kubur itu nyata, akan bertanya, apakah perilakunya sudah merepresentasikan keyakinannya itu? Pertanyaan itu patut menjadi refleksi bagi kita semua.
Jokan juga berusaha membuat film ini serealistis mungkin. Ia meminimalkan penggunaan manipulasi komputer dalam pembuatan filmnya. Sehingga, penonton ikut “merasakan” suasana yang terbangun dalam pembawaan alur dan tokoh yang begitu rumit. Tentu, bagi penonton yang belum menemukan benang merah antar fragmen dalam film itu akan merasa pusing dan bosan menontonnya. Untuk memahami alur dan makna tersirat dibutuhkan konsentrasi dalam menonton film “Siksa Kubur”.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!