Fairuz Ahmad

Suatu malam, tiba-tiba ia bermimpi yang sangat mengerikan. Tiba-tiba ia sudah berada dalam kondisi sakaratul maut yang sangat menyakitkan. Nyawanya sudah ia rasakan telah sampai di tenggorokan.

Pak Ebo makin tertantang. Bertualang dengan wanita memang asyik dan menggairahkan. Dirinya semakin termotivasi. “Kalau bisa, kenapa nggak?” pikirnya dalam hati.

Di satu sisi, ia bisa menampakkan sosok lelaki baik, taat dan disiplin menjaga waktu shalat, tapi di sisi lain masih bisa menjadi sosok lelaki brengsek dan bejat.

“Ya Allah, ini cerita bejat apa lagi yang mampir ke telinga?” batin saya kembali bergumam. Andai cerita ini sekadar kisah durjana, maka tak perlu saya menyimaknya.

Wanita itu asalnya ya di dalam rumah. Kalau sudah keluar, pasti banyak yang terpikat. Mana ada laki-laki waras yang nggak terpikat dengan perhiasan? Mau perhiasannya pakai bungkus atau nggak, ya tetap saja terpikat.

Suami atau istri yang ketahuan melakukan dosa yang lain lalu tobat sampek nangis-nangis juga insya Allah bisa dimaafkan sama pasangannya. Tetapi kalau zina? Hampir mustahil, walaupun ada!

Danti membanting pintu kamar sekeras-kerasnya. Tangisnya pecah sekeras-kerasnya juga. Murka, bingung, malu, dan segala rupa kecemasan, bergulung-gulung lalu membentur semua jiwa raganya.