Songkok Nasional Ahmad Soebardjo dan Identitas Kebangsaan

Songkok Nasional Ahmad Soebardjo dan Identitas Kebangsaan
ilustrasi Ahmad Soebardjo oleh Ichsan /sabili.id

Ahmad Soebardjo (23 Maret 1896 – 15 Desember 1978) marah, jengkel, dan kecewa. Lelaki asal Aceh bernama asli Teuku Abdul Manaf yang semangat keindonesiaannya sedang bergelora itu harus menemui kenyataan dianggap sebagai orang Cina, Jepang, atau Filipina.

Sebagai aktivis Perhimpunan Indonesia (yang baru saja mengubah nama organisasinya dari Indische Vereeniging menjadi Indonesische Vereeniging, sebelum akhirnya diubah lagi menjadi Perhimpunan Indonesia), ia lantas berpikir untuk mencari sesuatu yang dapat dilekatkan sebagai identitas keindonesiaan. Sehingga, setiap orang yang melihat dia mengenakan sesuatu itu, akan langsung menyimpulkan bahwa Ahmad Soebardjo adalah orang Indonesia. Bukan orang Cina, Jepang, atau Filipina.

Seraya berpikir tentang sesuatu yang khas dan identik dengan Indonesia, Abdul Manaf teringat pada fakta bahwa mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam. Ia ingat, lelaki Muslim di Indonesia senang melengkapi pakaian shalat mereka (sarung, baju Koko, sorban, sajadah) dengan kopiah (songkok) hitam.

Ketika itu, Soebardjo yakin, setiap lelaki di Indonesia pasti memiliki minimal satu songkok. Sebab, selain untuk shalat, songkok juga lazim dikenakan sebagai pakaian sehari-hari. Akan tetapi, ia berpikir, bagaimana cara mendapatkan songkok dalam jumlah banyak? Mendatangkannya ke gedung dari Indonesia termasuk pilihan yang masuk akal. Hanya saja, pasti memerlukan waktu lama.

Sesudah berpikir lagi dan lagi, akhirnya Soebardjo teringat kepada "songkok” model Inggeris yang di kiri-kanannya ada penutup kuping. Kala itu Soebardjo berpikir, mengapa tidak "Songkok Inggeris” itu saja yang dia beli? Jika tutup kuping kiri dan kanan itu dibuang, tentu mirip dengan kopiah orang Indonesia.

Sesudah menimbang-nimbang gagasannya, Soebardjo kemudian menemui Ketua Perhimpunan Indonesia (PI), dr. Soekiman Wirjosandjojo. Soekiman bukan hanya mendukung gagasan Soebardjo. Dia malah meminta Soebardjo supaya segera mewujudkan gagasannya itu. Minimal untuk pemimpin dan anggota PI lebih dahulu.

Berkat ide Soebardjo, rakyat Indonesia kini memiliki songkok khas Indonesia. Songkok yang menjadi salah satu identitas keindonesiaan. Di Indonesia, songkok dipakai oleh seluruh bangsa, mulai dari Presiden hingga pedagang rujak, pedagang sate, tukang becak, pak sopir, dan lain-lain.

Soebardjo telah berjasa besar menemukan songkok sebagai identitas kebangsaan. Melalui Soebardjo, kaum Muslimin Indonesia telah menyumbangkan songkok yang sederhana sebagai pelengkap pakaian sekaligus identitas kebangsaan.

Sayangnya, kebanggaan memakai songkok belakangan ini mulai menurun. Presiden Jokowi, pada beberapa momentum resmi di dalam dan luar negeri, kedapatan tidak mengenakan kopiah. Ini tentu berbeda dengan kebiasaan, misalnya Presiden Soekarno dan Presiden Habibie yang tidak pernah melepas kopiah dalam momentum resmi. ()



Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.