Yahya Sinwar: Pejuang Berambut Perak, Target Utama Penjajah Israel

Yahya Sinwar: Pejuang Berambut Perak, Target Utama Penjajah Israel
Pemimpin Hamas Yahya Sinwar pada rapat umum di Kota Gaza / Ibrahim Abu Mustafa (Reuters)

Artinya bukan memiliki rambut dari perak, tetapi warna rambutnya yang keperakan. Memutih karena uban yang telah merata. Namun, uban itu tak menunjukkan wajah menua. Justru wajahnya terlihat gagah, karismatik dengan pesona kilau keperakan pada rambutnya. Penampilannya semakin terlihat berwibawa dengan kombinasi tatapan mata yang dalam, di bawah lengkungan alis tebal yang khas.

Pejuang Berambut Perak adalah julukan Sabili.id kepada sosok Yahya Sinwar. Salah satu aktor penting dalam serangan 7 Oktober yang membuat mata dunia kembali terperangah; Hamas masih punya daya ledak dan mampu membuat penjajah Israel yang pongah harus memahami kembali arti ketakutan.

Wajah Yahya Sinwar cukup populer. Gambar dirinya bertebaran di mana-mana. Penjajah Israel bahkan menyebarkan gambar wajahnya di pusat kota, sebagai sosok yang paling dicari oleh IDF dan tentu saja Mossad.

Di dalam beberapa minggu terakhir, nama Yahya Sinwar kembali menjadi buah bibir media internasional. Awalnya, penjajah Israel mengklaim bahwa Yahya Sinwar kedapatan ada di salah satu terowongan yang berhasil dikuasai Israel. Untuk meyakinkan publik internasional, pihak IDF bahkan menunjukkan video yang menjadi bukti keberadaan Yahya Sinwar dan keluarganya di sebuah terowongan di kawasan Kota Khan Younis, Gaza.

Sempat pula beredar foto yang disebarkan oleh IDF bahwa Sinwar berhasil ditangkap dalam pengepungan tersebut. Namun spekulasi itu terbantahkan, mengingat tak ada tanggapan resmi dari Hamas dan otoritas Israel terkait foto yang beredar luas itu.

Pastinya, lagi-lagi IDF kecele. Sebab, yang teranyar Yahya Sinwar justru dikabarkan berhasil lolos dari pengepungan tersebut. Pihak penjajah Israel menuding bahwa Yahya Sinwar telah berhasil lolos dan menuju Mesir melalui terowongan Rafah. Ini menjadi kali yang kesekiannya, Israel gagal menangkap Yahya Sinwar yang telah mereka kepung rapat.

Baca juga: Ibu Para Tokoh Nasional Itu Bernama Nyai Sholichah Munawwaroh

Hingga kini belum ada kepastian tentang keberadaan Yahya Sinwar. Tetapi persis di hari terakhir bulan Februari kemarin, dunia dan khususnya penjajah Israel dikejutkan kembali dengan ulahnya. Sebagaimana diwartakan oleh Wall Street Journal, Yahya Sinwar ditengarai sedang menyampaikan pesan kepada para petinggi Hamas yang ada di luar negeri. Pesan itu antara lain berisi tentang kemajuan perang dan menyebutkan dengan spesifik bahwa “Israel berada tepat di tempat yang kita inginkan.”

Pembawa pesan juga menyebut bahwa para pemimpin Hamas dan pejuang Brigade Al-Qosam dalam kondisi yang baik.

Siapa Yahya Sinwar?

Sebagai orang yang saat ini paling dicari oleh Israel dan Amerika, Yahya Sinwar memang sosok yang cukup misterius. Yahya Sinwar kerap dipanggil sebagai Abu Ibrahim. Sementara petinggi Israel menjuluki dia sebagai The Walking Dead atau Orang Mati yang Berjalan. Juru bicara IDF menyebut dirinya dengan yang lebih buruk lagi: Wajah Kejahatan.

Yahya Sinwar merupakan figur penting di Hamas. Beberapa sumber menyebut bahwa dia adalah pemimpin sayap politik Hamas di Gaza. Sementara itu, Israel sendiri menganggap Yahya Sinwar adalah orang kedua paling berpengaruh di Hamas setelah Ismail Haniyeh sebagai pemimpin tertinggi Hamas. Petinggi IDF, Herzi Halexi, menuding Yahya Sinwar sebagai aktor utama yang memutuskan serangan 7 Oktober lalu.

Yahya Sinwar lahir di kamp pengungsi Khan Younis yang berada di sebelah selatan Gaza. CNBC menyebut, ia lahir pada 29 Oktober 1962. Dengan demikian, saat ini Yahya Sinwar telah berusia hampir 62 tahun.

Usai pembentukan negara Israel pada tahun 1948 dan peristiwa naqba, saat terjadi pengusiran atas penduduk asli Palestina oleh penjajah Israel, orang tua Yahya Sinwar adalah salah satu penduduk asli Majdal Askalan yang kemudian diduduki Israel dan diubah menjadi Ashkelon. Mereka sekeluarga harus terusir dari tanah leluhurnya. Peristiwa ini menyayatkan luka dan trauma yang dalam bagi anak-anak. Mereka harus tumbuh di kamp pengungsian dengan segala deritanya.

Yahya Sinwar adalah salah satu dari anak-anak itu. Namun, peristiwa itu tak pernah menciutkan hatinya. Justru menjadi salah satu motivasi untuk melawan dan menghancurkan sang penjajah.

Baca juga: Siti Raham dan Ketegaran Seorang Ibu

Ia sebenarnya tidak berkarir dalam dunia militer secara formal. Yahya Sinwar bahkan memperoleh gelar sarjana pada Study Arab dari Universitas Islam Gaza. Namun, lingkunganlah yang telah membentuknya menjadi seorang pejuang, bahkan turut menjadi salah satu arsitek terbentuknya aparat keamanan Hamas. Kiprah dia sebagai aktivis dakwah selama kuliah, ternyata menjadi bekal penting bagi peningkatan potensi kepemimpinannya di masa depan. Sejak tahun 2017 Yahya Sinwar adalah pemimpin tertinggi Hamas di Gaza.

Kerap Ditangkap

Wajar jika IDF gemas dan gregetan dengan sosok Yahya Sinwar. Semenjak November 2023, IDF sesungguhnya telah mengerahkan segala daya upaya untuk menangkap Yahya Sinwar, hidup atau mati. Drone pengintai, tentara, dan alat penyadap elektronik mutakhir dimanfaatkan untuk mengendus keberadaan Sinwar. Namun upaya itu berkali-kali gagal.

Yahya Sinwar sesungguhnya sudah akrab dengan aparat keamanan Israel sejak lama.  Sebelum menjadi buron besar hari ini, Yahya Sinwar telah bolak-balik menjadi tahanan Israel. Ia disebut, tahun 1982 telah mencicipi penangkapan oleh Israel. Saat itu, Sinwar masih berusia remaja, 19 tahun. Ia ditangkap Israel karena keterlibatannya dalam kelompok aktivis Islam yang ditengarai oleh Israel sebagai kelompok militan. Setelahnya, Sinwar kian kerap mengalami penangkapan dan harus menginap di jeruji besi penjajah Israel.

Tahun 1985, ia kembali mengalami penangkapan. Di dalam penangkapan ini ia tidak dipenjara dalam jangka waktu yang lama, tetapi Yahya Sinwar mengalami penyiksaan kejam selama enam minggu. Pemenjaraan kedua ini menjadi amat penting bagi perkembangan jiwa perjuangan Yahya Sinwar. Ia justru berkesempatan untuk bertemu langsung dengan pendiri Hamas, Syeh Ahmad Yassin, yang ketika itu juga sedang dipenjara di tempat yang sama.

Tahun 1988, Hamas melakukan penyerangan terhadap IDF dan berhasil menewaskan 2 serdadu IDF. Yahya Sinwar kembali ditangkap. Ia dituduh menjadi otak sekaligus pimpinan penyerangan tersebut. Tak tanggung-tanggung, pada sidang yang digelar tahun 1989, ia divonis 4 kali hukuman seumur hidup.

Baca juga: Al Ghazali: Ulama dan Filsuf

Setelah menjalani kehidupan penjara selama 22 tahun, Yahya Sinwar dibebaskan oleh Israel dalam program pertukaran tahanan perang. Ia bisa menghirup kembali udara bebas pada tahun 2011. Selama dipenjara, ia menjadi tokoh senior bagi para napi politik. Rentang waktu yang panjang di dalam penjara digunakan oleh Sinwar untuk tetap produktif dengan mendidik tahanan lain, serta aktif belajar bahasa Ibrani yang dipakai oleh para sipir Israel. Yahya Sinwar bahkan menjadi fasih berbahasa Ibrani.

Tak pernah lelah membangun perlawanan, pada 2017 Yahya Sinwar resmi terpilih sebagai pemimpin Hamas di jalur Gaza. Setelahnya ia membentuk komite administratif untuk Gaza yang sepenuhnya dikendalikan oleh Hamas. Langkah ini bermakna bahwa Hamas di bawah komandonya, menolak pembagian kekuasaan dengan otoritas Palestina di Ramallah.

Yahya Sinwar mengambil kebijakan keras. Ia menolak semua bentuk rekonsiliasi dengan Israel. Melawan dan mengusir Israel dari Gaza dan Palestina adalah target yang tak bisa ditawar. Yahya Sinwar menjelma menjadi hantu penebar teror ketakutan di hati IDF dan petinggi Israel. Wajar jika sang Pejuang Berambut Perak kini menjadi target utama mereka.


Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.