Krisis kemanusiaan yang terus berkembang di Sudan kembali memuncak setelah insiden tragis di Kota Hilaliya, Negara Bagian Al Jazirah, Sudan Timur. Kementerian Luar Negeri Sudan mengungkapkan, 120 warga sipil tewas akibat penembakan, keracunan, dan kurangnya akses kesehatan yang memadai. Insiden ini dilakukan oleh Pasukan Dukungan Cepat (RSF), milisi yang selama ini terlibat dalam konflik internal Sudan.
Di dalam pernyataan resmi pada Kamis (8/11/2024), Kementerian Luar Negeri Sudan menyampaikan, RSF adalah pihak yang bertanggung jawab atas insiden mengerikan itu. Mereka juga mengungkapkan bahwa ratusan warga sipil, termasuk pria, wanita, dan anak-anak, ditahan sebagai sandera di berbagai lokasi di Kota Hilaliya. Kementerian tersebut juga menegaskan bahwa tindakan RSF itu bukanlah insiden pertama melainkan bagian dari rangkaian pembantaian yang telah terjadi dalam dua minggu terakhir.
Kekerasan Terus Meningkat di Al Jazirah
Menurut laporan Kementerian Luar Negeri Sudan, RSF telah melakukan kekerasan di berbagai wilayah Negara Bagian Al Jazirah. Pembantaian tidak hanya terjadi di Hilaliya, tetapi juga di Desa As-Sarihah yang terletak di bagian utara Al Jazirah, serta di 58 desa lainnya dan 6 kota di bagian timur negara bagian tersebut. Selama kampanye balas dendam tersebut, ratusan warga sipil tewas, yang sebagian besar adalah warga sipil tak bersenjata. Aksi brutal ini diduga dilakukan oleh kelompok milisi Janjaweed, bagian dari RSF, yang mengarahkan kemarahan mereka terhadap warga sipil setelah adanya pembelotan di dalam tubuh milisi tersebut.
Kekerasan Meluas Hingga Darfur
Kementerian juga menyebutkan bahwa tindakan kekerasan RSF di Al Jazirah bertepatan dengan eskalasi kekerasan di Darfur Utara. RSF melakukan serangan balas dendam terhadap desa-desa tak bersenjata di wilayah tersebut setelah gagal menguasai Kota Al-Fasher, salah satu kota strategis di Darfur. Akibat serangan itu, lebih dari 40 desa di Darfur Utara dilaporkan telah dibakar.
Di dalam pernyataan resminya, Kementerian Luar Negeri Sudan menilai bahwa eskalasi kekerasan oleh RSF itu bukanlah tindakan yang spontan, melainkan bagian dari strategi sistematis untuk mengundang perhatian dan intervensi militer internasional. Dengan dalih perlindungan terhadap warga sipil, RSF diduga berusaha untuk menarik perhatian komunitas internasional guna mendukung posisi mereka. Jika langkah ini berhasil, RSF akan memeroleh dukungan untuk memertahankan wilayah yang telah dikuasainya selama konflik.
Krisis Kemanusiaan Terus Memburuk
Situasi di Sudan kian hari kian memburuk seiring dengan meningkatnya aksi kekerasan oleh RSF. Insiden itu bukan hanya menambah penderitaan warga sipil, tetapi juga menciptakan krisis kemanusiaan yang semakin parah. Ribuan orang kini kehilangan tempat tinggal, hidup dalam ketakutan, dan terancam kekurangan kebutuhan dasar semisal makanan, air bersih, dan perawatan medis.
Kejadian ini lantas menimbulkan kecaman dari berbagai kelompok HAM internasional yang menuntut tindakan segera untuk menghentikan aksi brutal ini. Para pengamat menilai bahwa konflik Sudan memerlukan perhatian serius dari komunitas global, untuk mencegah semakin banyaknya korban jiwa di kalangan warga sipil yang tak berdosa.
(Sumber: Al Jazeera Mubasher)
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!