Pesan Kepemimpinan dalam Sholat

Pesan Kepemimpinan dalam Sholat

Sholat adalah kewajiban paling utama bagi siapapun yang telah mengikrarkan diri sebagai muslim. Saking pentingnya kewajiban ini, dalam situasi apapun seorang muslim wajib menjalankannya. Syahdan dalam kondisi sakit parah pun, jika masih memiliki kesadaran, maka ia wajib mejalankan ibadah sholat sesuai kemampuannya.

Ada banyak hikmah yang terkandung di dalam ajaran sholat. Tujuan sholat sendiri adalah untuk menjauhkan manusia dari perbuatan keji dan munkar. Mestinya, dengan sholat yang benar akan terwujud tatanan masyarakat yang aman dan harmonis, karena sholat mencegah munculnya kekejian dan kemunkaran.

Salah satu hikmah penting dalam sholat yang kerap tidak dipahami oleh kaum muslimin kebanyakan, adalah hikmah kepemimpinan. Sholat sangat dianjurkan dilakukan secara berjamaah. Di dalam sholat berjamaah inilah pelajaran kepemimpinan diselipkan.

Dalam sholat berjamaah, pemimpin adalah imam. Sesungguhnya imam sholat merupakan ilustrasi kepemimpinan di masyarakat dari tingkat keluarga, RT, RW, Lurah hingga Presiden. Berikut adalah beberapa hikmah kepemimpinan yang dapat kita pelajari dari sholat berjamaah.

Pertama, ada ketentuan yang disyariatkan terkait figur seorang imam sholat. Ada syarat yang harus dipenuhi, agar seseorang dapat ditunjuk sebagai imam. Di antara syarat tersebut adalah, ia memiliki wawasan atau ilmu yang lebih luas dibandingkan dengan yang lainnya.

Kedua, ia memiliki kematangan kepribadian dibanding yang lainnya, sehingga lebih utama orang yang telah cukup umur dan berpengetahuan yang diprioritaskan menjadi imam.

Ketiga, ia memiliki kecakapan teknis sholat yang lebih baik dibandingkan yang lainnya, misalnya paham rukun dan kaifiat sholat dengan baik, bacaannya lebih fasih dan menguasai tajwid, suaranya bagus, hafalannya lebih banyak, dan seterusnya.

Keempat, dalam sholat juga ada aturan, apabila imam sholat berjamaah salah dalam membaca Surat Al Fatihah atau surat lainnya, maka ma'mum wajib memberikan koreksi, begitupun jika lupa, maka ma'mum wajib mengingatkan dan imam wajib berjiwa besar untuk menerima koreksi dari ma'mun.

Begitupun jika seorang imam kentut, wajiblah jujur terhadap dirinya sendiri dan jujur pula terhadap ma'mum. Kendatipun kentut tak terdengar suaranya dan tak tercium baunya, tetaplah imam wajib mundur dari posisinya sebagai imam. Selanjutnya orang yang paling dekat dibelakang imam menggantikan posisinya.

Kelima, jika seseorang ingin jadi imam, sementara ia tidak memenuhi syarat atau ada yang lebih memenuhi syarat sebagai imam, maka wajib hukumnya dengan jiwa besar untuk tidak memaksakan diri untuk menjadi imam. Begitu juga bila ada seseorang yang ingin menjadi imam dan memenuhi syarat tetapi sebagian besar ma'mun tidak senang, maka hukumnya tak boleh memaksakan diri untuk maju menjadi imam.

Praktik dan aturan dalam sholat jamaah di atas, sama dan sebangun dengan pemimpin dalam masyarakat, bangsa dan negara. Kaidah-kaidah dalam sholat berjama'ah menjadi guiden atau petunjuk kepemimpinan dalam kehidupan bermasyarakat menurut syariat Islam.

Untuk memilih pemimpin, maka caranya tidak ubahnya memilih imam sholat. Seorang imam harus "fasih" bacaannya, artinya seorang pemimpin harus memiliki kemampuan public speaking atau "tabligh" yang mumpuni. Berkemampuan memahami dan menyerap keinginan dan atau aspirasi rakyatnya kemudian melakukan perubahan serta perbaikan.

Selanjutnya seorang imam harus cerdas, memiliki ilmu yang memadai; artinya seorang pemimpin harus "Fathonah" atau cerdas sehingga mampu menyelesaikan persoalan-persoalan selama memimpin rakyatnya. Seorang imam harus dewasa yang dikenal oleh ma'mumnya sebagai seorang yang mulia perilakunya, artinya seorang pemimpin yang sudah dikenal oleh masyarakat bahwa ia adalah "Amanah", yakni melakukan semua tugas dan fungsi sebagai seorang pemimpin dan tidak ingkar janji.

Seorang imam sholat harus memiliki sifat "Shiddiq", yakni jujur sehingga misalnya ia kentut, maka ia mundur sebagai imam dan otomatis orang yang paling dekat dan memiliki syarat akan menggantikannya sebagai imam. Artinya seorang pemimpin harus memiliki sifat jujur, baik pada dirinya sendiri, maupun jujur pada rakyatnya, tidak mudah mengumbar janji tapi tidak pernah dipenuhi, tidak bicara dan tampil seolah dialah yang melakukan padahal faktanya tidak, serta tidak menutupi kesalahannya yang berimbas kepada orang banyak.

Seorang imam sholat harus memiliki akhlaq yang mulia, artinya seorang pemimpin tidak hobi bohong, tidak suka bermaksiat. Pemimpin harus memiliki integritas tinggi dan sikap serta perilaku mulia lainnya, sehingga tidak dibenci oleh masyarakat luas.

Semoga bisa menginspirasi para pembaca dan tidak salah dalam memilih imam atau pemimpin.

Wallahu a'lam bisshowab

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.