Kajian Etika dan Peradaban Soroti Pengetahuan dan Kuasa dalam Tinjauan Budaya dan Politik

Kajian Etika dan Peradaban Soroti Pengetahuan dan Kuasa dalam Tinjauan Budaya dan Politik
Kajian Etika dan Peradaban Soroti Pengetahuan dan Kuasa dalam Tinjauan Budaya dan Politik / Foto Istimewa

Bekerjasama dengan Yayasan Persada Hati dan Maha Indonesia, Paramadina Institute of Ethics and Civilization (PIEC) menyelenggarakan Kajian Etika dan Peradaban (KEP) ke-33 di Ambhara Hotel, Jakarta, Kamis (28/11/2024). Acara itu mengangkat tema “Pengetahuan dan Kuasa (Knowledge and Power: Tinjauan Budaya dan Politik)”. Kajian kali ini antara lain menghadirkan Dr. Husain Heriyanto dan Dr. Herdi Sahrasad. Keduanya adalah Dosen Paramadina Graduate School of Islamic Studies, Universitas Paramadina.

Di kesempatan itu, Husain Heriyanto memaparkan, pengetahuan dan kuasa adalah entitas yang saling terkait erat. Namun, ia menyoroti “occidental errors of epistemology” yang dikritisi oleh Gregory Bateson, yakni kerangka epistemologi Barat modern yang didorong oleh keinginan untuk mengontrol, yang dinilai sebagai patologi berbahaya. Untuk memahami dinamika itu secara lebih menyeluruh, Husain Heriyanto melihat dari pendekatan berbasis epistemologi sosial, ekologi pengetahuan, dan kajian budaya (cultural studies).

Di Bulan Solidaritas Palestina, IHW Sosialisasikan Fatwa MUI tentang Boikot Produk Israel
IHW akan mengadakan kegiatan bertajuk “Bulan Palestina dengan Sosialisasi Fatwa MUI atas Boikot Produk Israel dan Afiliasinya”, dalam rangka mendukung Bulan Solidaritas Palestina (BSP) 2024 dan menggencarkan gerakan boikot terhadap produk Israel dan afiliasinya.

Bateson menekankan bahwa manusia hanyalah bagian kecil dari sistem yang lebih besar, sehingga kontrol penuh terhadap keseluruhan adalah hal yang mustahil,” tutur Husain.

Sedangkan Herdi Sahrasad di kesempatan yang sama, menyoroti bagaimana kolonialisme membentuk relasi antara pengetahuan dan kuasa di Indonesia. Ia mengungkapkan bahwa kolonialisme sering disamarkan sebagai “pemberian pengetahuan” oleh penjajah, semisal pengenalan infrastruktur modern. Namun, hal ini juga disertai eksploitasi dan penghapusan sejarah lokal.

Ia lantas menyinggung peran Susuhunan Amangkurat I yang membantai ribuan ulama untuk memecah belah negara dan agama. “Generasi muda perlu mengingat sejarah kolonialisme yang terlupakan,” ujarnya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.