Menyoroti Pentingnya Kolaborasi Negara-Negara OKI Bangun Ekosistem Ekonomi Syariah

Menyoroti Pentingnya Kolaborasi Negara-Negara OKI Bangun Ekosistem Ekonomi Syariah
Menyoroti Pentingnya Kolaborasi Negara-Negara OKI Bangun Ekosistem Ekonomi Syariah / Foto Istimewa

Universitas Paramadina bekerja sama dengan INDEF dan UIN Jakarta menggelar diskusi bertema “Penguatan Ekosistem Halal untuk Masa Depan Ekonomi dan Keuangan Syariah”, Jumat (4/10/2024). Diskusi yang diadakan secara daring itu menyoroti pentingnya kolaborasi negara-negara OKI dalam membangun ekosistem ekonomi syariah. Diharapkan, diskusi tersebut dapat mendorong Indonesia untuk memperkuat ekosistem halal sebagai bagian dari strategi pertumbuhan ekonomi nasional dan global.

Di kesempatan itu, Ekonom INDEF, Abdul Hakam Naja, menekankan bahwa pembangunan ekonomi syariah harus dilakukan secara kolektif oleh negara-negara OKI. “Ekosistem ekonomi syariah seharusnya dibangun secara kolektif oleh minimal 57 negara OKI. Indonesia perlu bersinergi, minimal dengan Brunei dan Malaysia, agar tidak terjebak dalam middle income trap,” ucapnya.

Ia menambahkan, Indonesia perlu fokus pada empat sektor utama, yaitu keuangan syariah, makanan halal, pariwisata halal, dan fashion halal. “Fashion halal bisa menjadi pemantik kebangkitan industri tekstil kita yang saat ini menghadapi deindustrialisasi,” jelas Hakam.

Membedah Masyarakat Jahiliyah: Refleksi SPI Jakarta terhadap Keruntuhan Peradaban
Kuliah Sekolah Pemikiran Islam (SPI) Jakarta Angkatan 14, Rabu (2/10/2024) malam, di Aula Imam Al-Ghazali Institute for the Study of the Islamic Thought and Civilizations (INSISTS) membahas tentang Masyarakat Jahiliyah.

Sementara itu, Pengajar UBD School of Business and Economic Universitas Brunei Darussalam, Mohammad Nabil Almunawar, memaparkan, pasar halal global terus berkembang, dengan estimasi nilai mencapai USD 619,47 miliar pada 2029. Ia juga menekankan pentingnya memastikan rantai pasok halal yang terintegrasi untuk menjaga kehalalan produk dari hulu hingga ke konsumen.

Pangan halal merupakan segmen terbesar, dan kesadaran masyarakat akan produk halal terus meningkat,” ujarnya.

Sedangkan Wakil Rektor Universitas Paramadina dan Wakil Kepala Center for Sharia Economic Development INDEF, Dr. Handi Risza, mengungkapkan bahwa meski pun Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar, ekosistem halal masih belum terintegrasi dengan kuat. “Perkembangan industri halal kita masih tumbuh secara sektoral dan belum terintegrasi. Untuk membangun ekosistem halal yang komprehensif, diperlukan kebijakan yang lebih mendukung, termasuk regulasi yang memperkuat sinergi antara keuangan syariah dan sektor industri halal lainnya,” ujarnya.

Handi juga menambahkan bahwa pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terhadap sektor ini. “UU Nomor 59/2024 tentang RPJMN sudah memasukkan penguatan ekonomi syariah, dan regulasi payung seperti omnibus law untuk ekonomi dan keuangan syariah perlu didorong agar industri halal di Indonesia bisa berkembang lebih cepat,” pungkasnya.

Google News

Komentar Anda:

Anda telah berhasil berlangganan di Sabili.id
Selanjutnya, selesaikan pembayaran untuk akses penuh ke Sabili.id
Assalamu'alaikum! Anda telah berhasil masuk.
Anda gagal masuk. Coba lagi.
Alhamdulillah! Akun Anda telah diaktifkan sepenuhnya, kini Anda memiliki akses ke semua artikel.
Error! Stripe checkout failed.
Alhamdulillah! Your billing info is updated.
Error! Billing info update failed.