Panglima Militer Sudan, Abdel Fattah Al-Burhan, pada Ahad (26/1/2025) memeriksa markas besar militer di Khartoum, yang berhasil mereka rebut kembali dari Pasukan Dukungan Cepat (RSF). Tindakan ini menunjukkan keberhasilan rencana operasi militer Sudan tahap kedua, di antaranya pemulihan situs-situs strategis.
Komandan Angkatan Darat itu tiba di markas besar setelah militer Sudan mendapatkan kembali kendali yang sebelumnya dikepung oleh Pasukan Dukungan Cepat sejak pecahnya konflik pada April 2023 lalu. Di dalam pertemuannya dengan perwira militer di markas besar yang terletak di dekat pusat kota dan bandara, dengan percaya diri Al-Burhan mengatakan, “(saat ini) Pasukan kami berada dalam kondisi terbaik”.
Berhasil dikuasainya Markas Komando Umum adalah salah satu pencapaian paling bersinar bagi militer Sudan di Khartoum, sejak Omdurman (salah satu kota terbesar di Sudan) direbut kembali setahun lalu.
Di dalam sebuah pernyataan yang dikeluarkan pada Jumat (24/1/2025), militer mengumumkan, berhasilnya penggabungan antara angkatan laut Omdurman dengan unit di markas Komando Umum adalah tanda terealisasikan strategi tahap kedua. Juga pengusiran Pasukan Dukungan Cepat dari kilang minyak Khartoum di wilayah Al-Jili.
Sejak awal konflik April 2023, Militer Sudan mengandalkan pasokan bantuan ke markas besarnya melalui jalur udara. Al-Burhan terjebak di sana selama empat bulan, sebelum akhirnya dia bisa pergi pada Agustus 2023, menuju ke Port Sudan.
Pemulihan Markas Komando Umum terjadi dua pekan setelah tentara merebut kembali kota Wad Madani, pusat Negara Bagian Al-Jazira, yang merupakan kawasan pertanian penting.
Konflik berdarah ini terjadi antara militer Sudan yang dipimpin oleh Al-Burhan dengan Pasukan Dukungan Cepat yang dipimpin oleh mantan wakilnya, Mohamed Hamdan Dagalo, atau yang dijuluki “Hemedti”.
Bencana Kemanusiaan
Perang tersebut menyebabkan kematian puluhan ribu orang dan mengungsinya 12 juta orang. Juga berakibat bencana kelaparan di beberapa bagian Sudan, menurut laporan PBB.
Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Sudan (OCHA) mengonfirmasi dalam sebuah pernyataan, “Awal mula serangan (konflik) diluncurkan oleh Pasukan Dukungan Cepat”.
Koordinator Clementine, Nkwete Salami, mengecam dengan tegas, “Serangan itu merupakan pelanggaran terhadap hukum kemanusiaan internasional”.
(Sumber: France 24)

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!