Hubungan emosional Indonesia dengan Al-Aqso dan Palestina tidak lahir kemarin sore. Bahkan ia lebih dari sekadar romantisme narasi agama yang suci. Di dalam konteks Indonesia, pembelaan terhadap Al-Aqso dan Palestina sudah merasuk jauh ke dalam jantung UUD RI 1945. Khususnya di mukaddimah UUD 1945 yang dirumuskan oleh founding fathers.
Demikian disampaikan dalam keterangan pers tentang penyelenggaraan acara Konferensi Nasional Kemenangan Gaza dan Peluncuran Buku “Taufan Al-Aqsa”, di Ruang Rapat Pleno MPR RI, Gedung Nusantara V Kompleks MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Jumat (31/1/2025). Sabili.id turut hadir dalam acara Konferensi Nasional Kemenangan Gaza dan Peluncuran Buku “Taufan Al-Aqsa” tersebut.
Buku “Taufan Al-Aqsa” adalah karya Ustadz Fahmi Salim. Acara tersebut diselenggarakan oleh Yayasan Persahabatan & Studi Peradaban (YPSP) berkolaborasi dengan Al-Fahmu Institute, dalam rangka merayakan Kemenangan Palestina, khususnya di Gaza.
Di dalam keterangan pers disebutkan, kelahiran buku tersebut bukan tanpa sebab. Lahirnya buku itu untuk mengingatkan bahwa perjuangan kemerdekaan Palestina sudah disuarakan sejak proses pembentukan negara Indonesia tahun 1945, karena ketika itu kedua negara sama-sama sebagai bangsa terjajah, dilanjutkan di era pemerintahan Presiden Soekarno, dan terus berlanjut hingga era Presiden Prabowo Soebijanto. Perjuangan kemerdekaan Palestina pun disuarakan sebagai janji Komitmen politik Presiden Prabowo Soebijanto bahwa kita menginginkan kemerdekaan negara Palestina. Maka, sebagai anak bangsa, kita wajib mendukung penuh amanat agama dan mandat presiden kita soal Palestina.
Baca Juga :

Mengapa Harus Membaca Taufan Al-Aqsa?
Pertanyaan itu mengemuka mengiringi terbitnya buku tersebut. Dan press release dalam acara tersebut menjawab, buku setebal 560 halaman dengan kemasan hard cover ini terdiri dari 3 bab yang berisi 40 artikel, belum termasuk 3 tulisan pelengkap sebagai apendiks. Bisa dikatakan, ini adalah buku yang memadai untuk mengetahui karakter Zionis Israel secara historis dan bagaimana kita sebagai Muslimin di Indonesia berandil untuk jadi bagian dari pihak yang mengalahkannya pada masa depan (insya Allah dalam waktu tidak lama lagi).
Di bab pertama, pembaca diajak mengenali watak bangsa Yahudi pada masa-masa kenabian. Ada di antara beberapa watak itu yang diulang oleh Zionis Israel, sehingga kaum Muslimin semestinya memelajari bagaimana Al Qur’an dan Sunnah mengarahkan untuk menghentikan langkah-langkah mereka.
“Sebanyak 10 tulisan dalam bab ini memadai untuk kita mengambil pelajaran bahwa kejayaan Israel hari ini akan sebentar lagi berakhir. Adalah sebuah keniscayaan bagaimana kita menjadi bagian di dalamnya. Dan andil itu diawali dari kepedulian, yang dibahas pada bab ke-2,” demikian dijelaskan Fahmi Salim dan Ahed Abulatta dalam keterangan pers.
Baca Juga :

Di bab ke-2, pembaca diajak untuk menjadi bagian dari umat Rasulullah saw yang selalu meletakkan Al-Quds, Baitul Maqdis, di hati. Sebanyak 15 tulisan mengajak pembaca untuk memahami mengapa kita harus mencintai Baitul Maqdis. Di dalamnya juga dibahas tentang perilaku kalangan munafik, termasuk dalam konteks zaman kita sekarang. Yaitu, mereka yang melemahkan perjuangan mencintai Baitul Maqdis dengan berbagai retorika dan argumentasi yang sejalan dengan kepentingan Zionis.
Lewat bab ke-3, pembaca diajak “terlibat” dalam peristiwa mutakhir sejak 7 Oktober 2023 yang pada hari ini membuahkan kemenangan bagi para pejuang HAMAS dan faksi pejuang lainnya di Palestina. Bagaimana jejak jalan perjuangan itu, seperti fenomena Abu Ubaidah, dikupas dalam bab yang berisikan 15 tulisan ini. Juga bahwa mencintai Baitul Maqdis itu harus dilakukan oleh setiap Muslim, dan ini ditanamkan di tengah keluarga kita. Tulisan di apendiks tentang parenting keluarga pencinta Baitul Maqdis menjadi bacaan bergizi bagi ruhani setiap Muslim.
“Buku ini hadir tak sekadar sebagai sajian wawasan dan arsip dokumentasi perjuangan saudara-saudara seiman kita di Palestina. Buku ini hadir dengan pelbagai ikhtiar agar bisa menjadi referensi ilmiah bagi siapa pun. Pembaca diajak dengan kupasan yang mengalir; perulangan bahasan yang mengesankan untuk menguatkan pesan; pencarian tema penting melalui indeks (yang ini tak banyak dilakukan buku-buku keislaman kontemporer). Bahasan buku ini bisa dikatakan A sampai Z dalam menjelajahi jalan untuk menggapai kemenangan di Baitul Maqdis,” kata Ustadz Fahmi Salim.
Ustadz Fahmi Salim melanjutkan, apa yang berlaku hari ini semoga bisa diiringi dengan penambahan ilmu kita. “Saya teringat pesan guru saya Prof. Abdul Fattah Al-Awaisi Al-Maqdisi, ‘Ilmu pengetahuan harus memimpin perubahan, peradaban, dan pembangunan’. Karena itulah, motto Baitul Maqdis Instiute yang kami resmikan di awal perang Taufan Al-Aqsa bulan Oktober 2023 setelah bertemu dengan As-Syahid Ismail Haniya di Doha, adalah ‘Ilmu memimpin pembebasan Baitul Maqdis’. Ilmu sebelum beramal, yang salah satunya dari membaca buku ini,” tuturnya.
Buku ini juga dilengkapi ilustrasi dan inforgrafis berwarna dan menarik, sehingga memadai untuk hadir di meja rumah Anda. “Janji kita, ‘Terus berjuang dengan segala daya dan upaya sampai Baitul Maqdis merdeka. Sampai jumpa di kompleks suci Masjid Al-Aqsa kita akan melaksanakan shalat futuh 2 rakaat insya Allah’,” katanya.

Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!