Sejumlah tokoh nasional semisal Din Syamsudin dan beberapa orang Purnawirawan Jenderal TNI/Polri telah menyuarakan gerakan moral untuk mendukung DPR menggunakan hak angket dan mendorong pemakzulan Presiden Jokowi. Dukungan terhadap gerakan moral itu pun kini terus disuarakan oleh mahasiswa dan akademisi. Kali ini, dukungan itu juga datang dari Jaringan Aktivis Ciputat Bersatu (JAGA C1) yang umumnya diisi para mantan aktivis ‘98 dari dua kampus besar di Ciputat, yaitu UIN Jakarta dan Univeesitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Dukungan itu diungkapkan Koordinator JAGA C1, Lukman Azis, dalam pertemuan dengan para mantan aktivis ’98 di Jakarta, Ahad (17/3/2024). Mantan Presidium KAHMI Rayon UMJ tersebut mengatakan, situasi saat ini sudah mendesak untuk segera disikapi dengan melakukan hak angket.
“Kejahatan demokrasi tidak boleh dibiarkan, karena dapat menjadi preseden buruk bagi iklim demokrasi ke depan. Bayang-bayang hidupnya kembali Dwifungsi ABRI yang dulu diperjuangan mahasiswa pada tahun 98 menjadi sesuatu yang membangkitkan trauma bagi generasi 98,” tandas mantan Ketua Senat Mahasiswa FISIP UMJ era ‘98 tersebut.
Hal senada diungkapkan mantan Ketua Umum HMI Cabang Ciputat, Yudi Ali Akbar. Ia mengatakan, Generasi 98 punya tanggung jawab moral untuk mengawal reformasi agar dilaksanakan dengan baik dan sesuai dengan kerangka perjuangan reformasi.
Sementara itu, mantan aktivis PMII Ciputat, Mukhsin, menilai kesempatan perjuangan ini adalah sebelum penguasa baru dilantik pada Oktober 2024 mendatang. “Langkah perjuangan reformasi tidak boleh dinodai dengan politik dinasti,” kata mantan Mahasiswa Syariah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta itu.
Baca juga: Anies Baswedan Serahkan Langsung Bantuan untuk Warga Terdampak Banjir di Sumbar
Sedangkan Direktur Lingkar Madani, Ray Rangkuti, yang juga mantan aktivis ’98, menekankan bahwa dukungan moral harus terus diberikan kepada para wakil rakyat agar jangan sampai “masuk angin”. Ia pun menyatakan mendukung aksi moral yang disuarakan sejumlah tokoh nasional.
“Selain mendorong pengajuan hak angket, saya mendukung aksi moral yang disuarakan para aktivis dan tokoh nasional,” tegasnya.
Mantan Ketua Senat Mahasiswa UMJ tahun ‘98, Abba Taher Lamatapo, menambahkan. Ia meminta semua gerakan pendidik, buruh, mahasiswa, ormas, dan simpul-simpul gerakan lainnya, untuk bersatu dalam aksi 18-20 Maret 2024.
“Tunjukkan bahwa kita masih menginginkan Indonesia lebih baik. Negeri ini bukan milik segelintir orang atau keluarga. Negara ini milik seluruh rakyat Indonesia,” kata Abba yang juga Ketua Umum Jaringan Pendidikan Nasional (Jardiknas) tersebut.
Sedangkan mantan aktivis teater Tonggak LSMI HMI Cabang Ciputat, Neti Hernawaty, menilai kondisi bangsa saat ini seolah sedang digiring kepada ketidak berdayaan. “Dilihat dari beberapa kasus masyarakat adat yang diusir dari tanah kelahirannya, Rempang, dan yang terakhir di Pamaluan, Kalimantan. Tiada pembelaan apa pun dari negara, yang seharusnya melindungi setiap warga negara Indonesia,” ucap Neti.
Baca juga: Pernyataan Sikap Mahasiswa FISIP UI: “Ya, Kami Berpihak!”
Maka, ia menyatakan mendukung gerakan yang diusung para tokoh tersebut. Dan menegaskan, tidak ada toleransi untuk ketidakadilan dan kecurangan yang dipertontonkan penguasa.
Seperti diketahui, mulai 18 Maret 2024 sejumlah aksi akan digelar di depan Gedung KPU dan Gedung DPR. Aksi pertama di hari Senin, 18 Maret 2024, mulai pukul 13.00 WIB, dipimpin oleh Mayor Jenderal purnawirawan Soenarko. Lalu, aksi kedua pada 19 Maret 2024 mulai Pukul 14.00 WIB di Gedung DPR/MPR RI, dipimpin langsung oleh Prof. Dr. Din Syamsuddin. Dan terakhir, tanggal 20 Maret 2024 mulai Pukul 11.00 WIB di tempat yang sama, aksi dilanjutkan oleh Aliansi Gabungan Mahasiswa Pemuda & Pelajar.
Jadilah bagian dari perjuangan Sabili
Bangun Indonesia dengan Literasi!