Semua Artikel Menarik di Rubrik Internasional - Sabili.id

Sebagai perkembangan penting di Timur Tengah, Kesepakatan Abraham membawa harapan sekaligus tantangan. Beberapa analis berpendapat, tanpa resolusi konflik Israel-Palestina, perjanjian ini tak dapat membawa perdamaian abadi bagi kawasan itu.

Kuwait dan Arab Saudi jadi dua negara anggota Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) yang hingga kini tak punya hubungan diplomatik dengan penjajah Israel. Kuwait juga salah satu dari sedikit negara Arab yang melarang interaksi penuh dengan entitas Israel, termasuk melarang warga Israel masuk wilayahnya.

Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) telah menyepakati usulan yang dilayangkan para mediator, yaitu Qatar dan Mesir, pada Senin (18/8/2025). Namun, Perdana Menteri penjajah Israel, Benjamin Netanyahu, belum menentukan sikap atas usulan kesepakatan gencatan senjata tersebut.

Pakta Abraham adalah salah satu perjanjian perdamaian terpenting di Timur Tengah dalam beberapa dekade terakhir, diumumkan sebagai pernyataan bersama oleh Israel, Uni Emirat Arab, dan Amerika Serikat, pada 13 Agustus 2020.

Menurut Presiden Suriah, Ahmad al-Sharaa, lonjakan investasi dalam tujuh bulan pertama setelah tumbangnya rezim Bashar al-Assad itu jadi fondasi utama bagi program rekonstruksi Suriah sekaligus membuka lapangan kerja baru bagi rakyat Suriah.

Faksi-faksi pejuang Palestina, termasuk Hamas, menyetujui usulan baru tentang gencatan senjata. Rancangan kesepakatan yang disetujui Hamas memuat sejumlah poin penting. Hingga kini, Israel belum menyatakan sikap, akan menerima atau menolak rancangan kesepakatan itu.

Pola pertempuran Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) di Jalur Gaza menunjukkan peningkatan. Keberanian dan kemampuan pejuang Palestina terus berkembang. Mereka terbiasa menghadapi pertempuran jarak dekat ketika pasukan penjajah Israel masuk ke pusat kawasan permukiman.